Hati Maryam

Imran dinilai menjilat ludah sendiri: ternyata tetap pro-Tiongkok. Juga: membawa kembali IMF ke Pakistan.
Secara rasional itu tidak salah. Ia harus melakukan itu. Agar Pakistan terhindar dari bencana ekonomi. Namun secara politik itu bisa jadi peluru untuk menembakinya.
Saya juga simpati pada Imran karena misi damainya. Ia tidak suka konflik dengan India. Yang diwarisinya secara mendarah-mendaging. Sejak Pakistan pisah dari India di tahun 1947.
Misalnya saat pesawat tempur India ditembak jatuh di wilayah Pakistan. Imran segera memulangkan pilot angkatan udara India itu. Tanpa menghukum ya. Yang membuat ketegangan di perbatasan mereda.
Imran juga ingin kerja sama yang lebih erat dengan India. Banyak persoalan bisa diselesaikan bersama.
Namun belum tentu mulus. Sentimen di kedua negara sudah sangat dalam.
Imran masih punya agenda damai satu lagi. Saya sangat menunggu realisasinya: dibukanya akses ke 'makam' Guru Nanak. 'Makam' Imam Besar penganut agama Sikh itu ada di Pakistan. Di dekat perbatasan India.
Mulai November depan orang Sikh di India bisa ziarah ke Guru Nanak tanpa visa. Kini lagi dibangun koridor khusus. Yang menerobos perbatasan. Sepanjang 3 km. Dari wilayah India ke 'makam' itu.
Selama ini orang Sikh hanya bisa ke 'makam' Guru Nanak dari jauh. Lewat teropong jarak jauh. Yang dipasang di balik perbatasan India.
Di seluruh dunia penganut Sikh sekitar 27 juta orang. Semua ingin berziarah ke Guru Nanak.
Saya pernah bertemu rombongan orang Sikh di Lahore. Mereka jauh-jauh dari Kanada. Akan ziarah ke Guru Nanak.