Susahnya Listrik di Pulau Terluar

  • Bagikan
Genset Terbatas, LTSHE Jadi Peretas Sudah sekian lama warga di dua desa ini kegelapan setiap malam bertandang. Tiada listrik sebagai penerang. Sakinah Fitrianti Pangkep Gelap dan terluar. Sulit dijangkau. Gelombang ombak tinggi membuat warga yang ada di pulau ini seakan terisolasi. Terlebih lagi pada malam hari. Tidak ada aktivitas berarti yang dilakukan warga. Sejatinya, warga pulau di Desa Satanger dan Poleonro juga berhak menikmati listrik. Dua desa ini berada di Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulsel. Memang, ada beberapa rumah di desa itu memiliki alat penerang. Menggunakan genset tentunya. Namun, jumlahnya sangat terbatas. Hanya warga "berada" yang bisa membeli. Warga lainnya secara umum --yang kurang mampu-- hanya mengandalkan pelita saja untuk menerangi rumah. Ada pula genset yang disediakan pemerintah daerah. Namun, itu tidak gratis. Harus tetap membayar sewa untuk membeli BBM. Agar genset tersebut tetap nyala. Itu pun beberapa jam saja per malam. "Selama ini, tidak ada alat penerangan di pulau tersebut pada malam hari. Hanya beberapa warga yang mampu membeli genset untuk penerangan," urai Kepala Desa Satanger, Subair. Kondisi itu terjadi sejak puluhan tahun lalu. Atau bahkan tak berbilang waktu. Warga tak menikmati listrik sudah biasa. Belakangan, warga mulai mendapatkan harapan baik. Cahaya yang dirindukan lama itu, kini mendekat. Ada ratusan alat pembangkit listrik tenaga surya akan disalurkan. Bantuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Masyarakat tentu saja senang. Pulau yang berbatasan dengan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), ini akan meretas gelap menjadi terang.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan