Hendi Upayakan Gratiskan Biaya Pemakaman di Kota Semarang Nasdem Usulkan Lima Nama untuk Posisi Wakil Ketua DPRD Maros Alat Utama Sistem Pertahanan TNI Dipamerkan di Mal Tersisa Lima Hari, Segera Daftarkan Anak di Lomba Mewarnai Hotel Arthama Bikin Bangga, Tiga Siswa Barru Wakili Sulsel di Ajang O2SNMenurut Ganjar Pranowo lagi, busana Nusantara, jika dikumpulkan ternyata ada banyak sekali. Sehingga, sebagai warga negara yang baik, harus merawatnya dan jangan sampai hilang atau diklaim oleh negara lain. Ketika tidak mau merawat, dan terjadi klaim oleh negara lain, justru panik dan marah. “Yo salahe dewe ora gelem ngurus, ora gelem merawat. Padahal, dengan kekayaan beragamnya busana Nusantara, menunjukkan kalau busana kita itu top. Kebhinnekan itu ya ini, NKRI itu ya ini,” tandas Ganjar. Penggunaan busana Nusantara pun telah dituangkan melalui surat edaran (SE) Nomor 065/0016031/2019. Para pegawai dan karyawan Pemprov Jateng wajib mengenakan pakaian adat Jawa pada Kamis pekan pertama hingga ketiga, dan pakaian adat Nusantara pada Kamis pekan terakhir. Sejumlah pejabat dan staf pun penampilannya tidak kalah menawan dan tampak “manglingi” saat pakaian adat Nusa Tenggara Timur, Minang, Batak, Betawi, Sunda, hingga pakaian adat Madura, Jawa Timur membalut tubuh ASN di Setda Provinsi Jawa Tengah. (jp)
Ganjar Pranowo Bangga dengan Gelar Bangsawan Bugis

FAJAR.CO.ID, JATENG-- Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo terlihat mengenakan busana adat dari Sulawesi Selatan saat menghadiri acara di Hotel PO, MG Suites maupun acara Seminar Nasional Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) di Museum Ronggowarsito, Kamis (22/8). Selain itu, Ganjar pun dianugrahi gelar bangsawan suku Bugis.
“Ada yang tahu, saya memakai busana dari mana?” tanya Ganjar kepada peserta Munas dan Konferensi Nasional IV Forum Komunikasi Satuan Pengawas Intern di Hotel Po Semarang.
“Ini busana dari Sulawesi Selatan. Bajunya bagus, sarung merah ini coraknya juga bagus. Bukan alasan, saya sudah dinobatkan sebagai keluarga Sulawesi Selatan dengan sebutan Daeng Manaba,” katanya disambut tepuk tangan peserta.
Gelar untuk bangsawan Bugis itu diberikan oleh kesepuluh raja Sulsel. Penganugerahan gelar ditandai dengan penyerahan keris dari Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, kepada Ganjar Pranowo, pada 2016 lalu. Diungkapkan, sejarah telah menunjukan bahwa hubungan antar suku di Indonesia memiliki kepentingan yang sama untuk mendirikan bangsa Indonesia. Sejarah itu perlu dijadikan contoh untuk generasi saat ini.
“Cekcok antar suku, sara, itu jadul. Anak bangsa yang betul ya seperti hari ini. Republik ini lahir dari berbagai golongan. Tidak ada yang utama, semua sama,” katanya.
Ganjar mengaku, meski dirinya dari Jawa Tengah telah belajar banyak dari suku Bugis. Terutama keberaniannya mengarungi samudera. “Tali ini tidak hanya mengikat saya tapi mengikat juga orang Jateng dan Sulsel. Kita berjuang mencapai kejayaan Indonesia, kita menjadi pelopor,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo saat itu mengatakan, gelar yang diberikan pada Ganjar merupakan sebuah gelar kehormatan yang istimewa di Sulsel. “Kami memberi gelar itu, karena siap menjadi perekat bangsa ini. Penilaian ini bukan dibuat-buat, tidak. Lurus, tegas, berani, memegang teguh adat. Ganjar memiliki itu semua,” katanya.
Ia mengungkapkan, meski Ganjar memiliki darah dari suku Jawa, namun dari aspek sejarah sebenarnya antara Jawa dengan Bugis punya keterikatan. “Kami menaruh harapan besar merajut kebersamaan ini. “Sejarah membuktikan, Jawa dan Bugis punya keterikatan kuat,” katanya.