"Melayani rakyat, bukan melayani kelompok. Saya ini bicara skala nasional, buka bicara tentang Sulsel," ucapnya.Menurutnya pendefinisian tujuan kemerdekaan itu sendiri dan mempertanyakan dimana peran pemerintah di dalamnya. . "Sepanjang perjalanan saya berkecimpung di dunia pemerintahan satu hal yang saya yakini bahwa hakekat kehadiran pemerintah bagi rakyat adalah seharusnya bisa menjadi rahmat. Dalam bahasa Inggris disebut "Blessing", bukan sekedar anugerah tapi lebih dalam dari itu memberikan suasana tentram, keyakinan harapan dan kebanggaan," harapnya.
Membangun Nilai Kebangsaan dari Warung Kopi

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Mantan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo bersama Rektor UNM, Prof. Dr. Husain Syam dan Rektor UINAM, Prof. Dr. Hamdan Juhannis, hadir sebagai narasumber dalam forum group discussion (FGD) kebangsaan, Senin, 26 Agustus.
FGD bertajuk, "Dari Makassar untuk Indonesia Damai; Akselerasi Peran Pemerintah Menuju Masyarkat Adil dan Sejahtera" itu digelar di Warkop Phoenam, Makassar.
Diskusi tersebut tidak terlepas dari polemik kasus mahasiswa Papua di Surabaya yang turut berimbas ke sejumlah wilayah di Papua dan Kota Makassar.
"Bangsa lain sudah semakin maju dengan industri 4.0 dan kecerdasan buatannya, kemudian kita justru terusik dengan persoalan identitas suku bangsa dan agama," kata mantan Gubernur Sulsel dua periode 2008 -2018, Syahrul Yasin Limpo
"Papua adalah kita, Aceh adalah kita. Makassar tidak boleh dipisahkan dari Papua. Bagaimana jika ada bangsa lain yang mengatakan kita monyet, apa yang kita lakukan?" imbuhnya
SYL mengatakan mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera adalah tujuan hampir semua pemerintahan yang merdeka. Kita di Indonesiia menyebutnya masyarakat yang adil dan makmur yang intinya mewujudkan kesejahteraan yang lahir dan batin.
Menurutnya pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang melayani rakyatnya.