Di Parit London

Atau, ada Pemilu dadakan. Tanggal 15 Oktober nanti.
Parlemen memang hanya punya waktu hari Senin. Hanya satu hari itu. Besoknya sudah harus beku.
Satu hari itu ternyata begitu menentukan. Ternyata parlemen sempat bersidang. Suasana anti-BoJo begitu jelas di sidang itu.
Banyak anggota DPR dari partai konservatif membelot. Putusan pun bisa diambil. Partai BoJo kalah.
Putusan Senin malam itu begitu telak. Hanya beberapa jam sebelum parlemen beku.
Isinya: Proposal Pemilu dadakan itu ditolak.
Untuk Pemilu dadakan harus ada persetujuan 2/3 suara parlemen. Pembelotan di kubu BoJo membuat suara untuk pro BoJo hanya 46. Kalah dengan seberangnya: 293 suara.
Putusan lain: Brexit harus dengan deal. Tidak boleh keluar dari Uni Eropa seperti keinginan BoJo. Seperti suami yang meninggalkan istri tanpa surat cerai.
Alasan mereka: bahan makanan akan tiba-tiba langka. Ini karena belum ada kesepakatan bagaimana impor bahan makanan dari Eropa. Juga obat-obatan. Juga lainnya.
Dua putusan itu pun menjadi UU. Kalau BoJo melanggar konsekuensi banyak. Termasuk masuk penjara.
Tapi Boris tetaplah Johnson.
Masuk penjara masih lebih ringan dari tekad kuatnya sejak awal: lebih baik mati di parit dari pada mengalah.
Untung di Inggris tidak ada Cak Lontong --yang bisa bikin meme lucu. Misalnya: lebih baik mati di parit surga daripada mati di selokan neraka. (Ups, ternyata tidak selucu Cak Lontong).
Begitu dua putusan itu menjadi UU, sidang ditutup dengan tidak kalah dramatisnya: Ketua Parlemen Inggris John Bercow mengundurkan diri.