Gereja Bar

  • Bagikan
Yang ditunggu tidak muncul. Saya ingin pindah. Ingin masuk ke toko itu. Ups, yang antre mengular. Ratusan buaya pada mengantri --ingin beli jersey. Saya pun mengalihkan langkah. Lebih baik mengelilingi stadion ini. Ke belakangnya. Belakang stadion ini ternyata seperti depannya juga. Banyak penonton yang datang dari arah belakang --mereka yang datang dengan mobil pribadi. Lapangan parkirnya di belakang stadion itu --di hamparan lembah di bawah sana. Mobil mereka tidak terlihat dari sini. Di halaman belakang ini ada bar terbuka. Kios-kios makanan pun berjajar: burger, sandwich, kebab, ayam goreng... Anak-anak kecil berbaris antre di sebelah food court ini: antre melakukan tendangan penalti. Di sebuah lapangan bola mini yang dipasangi gawang --sekalian dengan kipernya, orang dewasa. Mane, Salah, Arnold, Firmino ikut antri di situ --terlihat dari kaus yang dipakai anak itu. Sudah jam 11.30. Satu jam lagi pertandingan dimulai. Saya pun masuk pintu C --yang tiketnya seharga Rp 6 juta itu. Tiket saya diperiksa. Ok. Saya diminta naik lift ke lantai 2. Di lobi lantai 2 saya diarahkan ke belok kiri. Sesuai dengan kode di karcis. Di situ saya dipasangi gelang hijau. Bertuliskan hari pertandingan dan tim yang bertanding. "Meja No 23," tulis wanita muda di konter lobi itu. Ternyata saya ini belum masuk stadion. Harus masuk ruang makan dulu. Ruang makan itu ditata persis seperti restoran. Tiap meja diisi 4 kursi. Saya di meja 23. Bersama satu keluarga dari Liverpool: bapak-istri-anak yang masih kecil. Makanannya disajikan prasmanan. Ada steak, burger, sandwich, kentang, dan banyak lagi. Minumannya lengkap: wine, bir, minuman ringan, teh, dan kopi.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan