Shankly Dixie

  • Bagikan
Di lantai lobi itu ada lubang yang ditutup kaca terang. Besarnya sekotak sepatunya Saskia Gotik. Di dalamnya ada lampu yang terus menyala. Terlihatlah di lubang itu sebuah kunci besar berwarna emas. Dengan penjelasan: inilah kunci asli pintu gerbang stadion Anfield, Liverpool. Di lobi samping terlihat kotak besar. Isinya bola tua --10 buah. Saya buka kotak itu. Saya ambil satu bola. Tebakan saya: bola ini pasti masih pakai sistem dipompa. Ternyata benar. Lihatlah foto bola yang saya pegang itu. Bill Shankly sebenarnya lahir di Skotlandia. Ia menangani Liverpool ketika tim itu lagi terdegradasi ke divisi dua. Baru tahun kedua di tangannya Liverpool bisa naik lagi ke divisi satu. Tahun pertama divisi satu di tangan Shankly, Liverpool hanya di papan tengah. Tahun kedua urutan lima. Baru tahun ketiga bisa juara. Lalu juara lagi. Dan juara lagi. Tiga tahun berturut-turut. Lalu juara FA pula. Hotel ini penuh dengan benda peninggalan Bill Shankly. Termasuk sepatunya, bajunya, kausnya, surat-suratnya dan apa saja. Di kamar saya pun penuh nuansa Bill Shankly. Di langit-langit kamar saya tertulis kesaksian seorang pemain. Waktu itu Liverpool away ke Amsterdam. Menghadapi Ajax. Stadion Ajax lagi berkabut tebal. Shankly sering masuk lapangan --bicara ke pemain. Tidak terlihat oleh wasit. Liverpool kalah 5-1. Itulah zaman mudanya Johan Cruiff. Jaya-jayanya Ajax. "Kita belum kalah," kata Shankly pada pemain. Shankly selalu pintar membuat pemain bersemangat. "Di kandang nanti kita akan bisa menang 7-0. Saya pun percaya ucapannya," kata pemain itu.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan