
Semenit Harmal

"Anda ini penjudi?“ tanya sopir taksi. Sambil tertawa ngakak. Humornya sangat mengena.
"Sebenarnya bukan," jawab saya.
Saya pun merasa jawaban itu terlalu serius untuk pertanyaan humor. Ketahuan tidak punya jiwa Inggris.
Ia pun mengusulkan ke satu hotel. Yang ia optimistis punya cadangan kamar.
"Anda juga penjudi?“ balas saya. Ia pun tertawa ngakak.
Tapi saya mau saja ia ajak berjudi: ke hotel yang ia maksudkan itu.
Ternyata hotel itu di luar kota Swansea. Jauh sekali. Pantas ia perkirakan masih ada kamar.
Argometer jalan terus. Kami terus berjudi. Tapi ia yang menang. Argo menunjukkan Rp 900 ribu.
Hotelnya pun penuh.
"Kembali ke stasiun kereta api saja. Atau ke terminal bus," kata saya.
Sudah jam 7 malam.
Hujan renyai-renyai.
Langit gelap.
Saya tidak kenal kota ini.
Saya pun diturunkan di stasiun bus. Loket tutup. Tinggal ada satu jurusan. Kota kecil. Satu jam perjalanan dari Swansea. Ke arah lebih jauh.
Saya tidak mau lagi berjudi. Saya buka dotcom. Sebelum naik bus saya cari hotel di kota itu --semua full booked juga.
Untung tidak terus berjudi.
Saya pun meninggalkan stanplat bus itu. Naik taksi lagi. Ke stasiun kereta api. Melewati stadion Swansea City. Oh...Ini stadion yang sering ada di tv itu.
Masih ada satu kereta. Jurusan London. Berarti akan melewati Cardiff lagi. Setelah itu baru Bristol.
Saya beli tiket jurusan Bristol. Ini berjudi lagi. Tapi Bristol kota besar. Pasti hotelnya banyak sekali. Saya akan bermalam di Bristol saja. Besoknya bisa balik ke Cardiff. Ketika penonton Speedway sudah meninggalkan kota itu.
