Semenit Harmal

  • Bagikan
Di dalam kereta saya kembali jelajah dotcom. Untuk mencari hotel di Bristol. Hasilnya: 3-0. Semua hotel di Bristol juga penuh. Kalau begitu untuk apa ke Bristol? Yang jam 10 malam baru tiba di sana? Lalu tidak tahu akan ke mana? Saya putuskan: turun di stasiun depan. Yang berarti, itu Kota Cardiff. Balik kucing. Sama-sama tidak dapat kamar lebih baik balik ke Cardiff. Agar bisa tahu kelanjutan kehebohan setelah balap Speedway. Sebenarnya ada masjid di Cardiff. Saya pun ingat masa muda. Kalau tidak dapat pondokan pilih tidur di masjid. Di mana pun. Tapi ini bukan di Indonesia. Di Cardiff saya akan pilih tidur di emperan toko. Bisa pakai jaket rangkap dua. Saya lihat beberapa anak muda melakukan itu. Mereka bukan gelandangan. Tidurnya di emperan bacaannya buku tebal. Malam itu Kota Cardiff sendiri tidak tidur. Pesta di mana-mana. Yang jagonya kalah pun pesta. Apalagi yang menang. Orang pun berdisko di jalan-jalan. Juga di bar. Kota ini seperti penuh dengan bar. Begitu banyak bar. Seperti melebihi kaki lima di Makassar. Rupanya pesta Speedway itu campur dengan pesta malam Minggu. Apa pun dipamerkan oleh yang sedang jalan-jalan itu --pakaian terbuka, celana ketat, paha, dada, bir, kebab. Banyak juga wanita yang kelelahan: duduk sembrono di trotoar. Dengan rok mininya. Atau mencopot sepatunya, ganti pakai sandal jepit --sepatu sexynya ditenteng. Akhirnya saya sendiri mendapat kamar hotel. Lewat tengah malam. Mungkin ada yang pilih pulang setelah Speedway. Jangan tanya mahalnya harganya --sama sekali tidak pantas disebut.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan