Aksi Masyarakat Menyokong Demokrasi dari Garis Belakang

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Banyak cara atau aksi masyarakat untuk menyuarakan dukungan terhadap aksi menolak sejumlah RUU bermasalah. Tanpa perlu berorasi di garis terdepan, bisa dengan aksi sosial di antara gemuruh demonstrasi. Gelombang demonstrasi menjalar dari kampus ke kampus. Ribuan mahasiswa bergandengan tangan menyusuri jalan raya. Tujuannya hanya satu; menyuarakan aspirasi di depan gedung DPRD Sulsel. Mereka memang hendak menunjukkan dukungan terhadap demokrasi dengan turun ke jalan. Tak ingin demokrasi dikorupsi. Aksi para mahasiswa itu memang selalu mengundang kontroversi. Akan tetapi, aksi berjilid-jilid kali ini justru mengundang banyak simpati. Tak jarang, masyarakat justru menawarkan bantuan dari bentuk paling sederhana hingga sekadar dukungan lewat kata-kata. Ada simpati yang terbangun dari balik nurani. Salah satunya, dengan mengangsurkan bantuan logistik untuk para demonstran. Isi perut menjadi salah satu hal utama yang juga perlu diperhatikan para demonstran. Bagaimana menyampaikan aspirasi jika perut belum terisi? Jalan kaki berjam-jam tentu menyita banyak tenaga dan kesadaran. Gelombang-gelombang demonstrasi di Makassar turut membangun simpati beberapa kalangan. Mereka tergerak untuk beraksi atas dasar kemanusiaan dari barisan belakang menyiapkan logistik. Kebutuhan berupa makanan dan minuman gratis itu justru dikumpulkan dari urunan warga, yang tak sempat turun ke jalan. Itu sebagai salah satu bentuk solidaritas mendukung gerakan mahasiswa. [caption id="attachment_507583" align="alignnone" width="700"] SIMPATI. Aksi sosial kecil-kecilan untuk mendukung unjuk rasa mahasiswa tanpa perlu bertindak anarkis. (IMAM RAHMANTO/ FAJAR)[/caption] Seorang pemuda, Iyan mengakui, gerakan bagi-bagi makanan gratis di tengah aktivitas demonstrasi memang tidak muncul serta-merta. Ia sempat terjun dalam aksi gelombang pertama di depan gedung DPRD Sulsel. Dalam pengamatannya itu, ia melihat aksi para mahasiswa butuh sokongan dalam bentuk lain. Tidak semata-mata dengan meramaikan rombongan demonstrasi dan membawa poster berisi slogan tertentu. "Ternyata, kita bisa membantu dalam bentuk lain. Kita mencontoh aksi di kota lain bahwa ada yang turun bersimpati dengan membagi-bagikan makanan. Kenapa tidak, kita coba langkah itu yang lebih bermanfaat. Kami dukung demontrasi, tetapi tidak anarkis," paparnya, Senin, 30 September. Ia pun menggalang dana dari urunan di media sosial. Tak jarang, ia melakukan ajakan secara persuasif. Meski dana yang terkumpul tak seberapa, tetapi sudah cukup untuk memberikan sedikit pasokan bagi massa yang memperjuangkan demokrasi. Mereka sempat membagikan 2.000 bungkus roti dan sekira 3.000 air mineral gratis kepada massa yang melakukan long-march dari kampus orange, UNM. "Target pembagian kami sebenarnya adalah mahasiswa dan juga polisi yang bertugas. Namun, karena keterbatasan dan kami tidak bisa mendekat ke lokasi polisi akibat ricuh, logistik hanya tersalurkan ke peserta aksi unjuk rasa," ungkap lelaki kelahiran 27 silam ini. Mereka enggan menamai diri dengan label tertentu. Pasalnya, gerakan itu terbentuk tanpa aba-aba. Hanya berdasar simpati dan uluran tangan sesama alumni kampus masing-masing. Rencananya, aksi dari barisan logistik itu masih akan berlangsung hingga puncaknya, hari ini. Mereka pun menggalang bantuan dari warga lainnya yang ingin turut menggalang aksi serupa.
Dukung Pengentasan Kemiskinan, Kementan Kembangkan Program BeKeRJa di Lombok Barat Gaet Milenial Lewat Event dan Seni Mural 3 Dimensi Mahkamah Konstitusi Mulai Sidangkan Uji Materi UU KPK Kementan Tegaskan Petani Bisa Pinjam Alsintan di Brigade Kisah Aida Ramadhani Amir, Duta Genre Sulsel 2018: Sambil Sekolah Jual Nasi Kuning, Atau Cari Kayu Bakar
Simpati semacam itu memang sempat diperlihatkan beberapa pesohor lainnya di ibu kota, Jakarta. Salah satunya, Karin Novilda yang terjun langsung ke tengah-tengah massa untuk membagikan makanan. Selebgram yang akrab disapa Awkarin itu ikut memantik simpati lainnya. Selain itu, ada pula aktivis Ananda Badudu, yang menggalang donasi lewat media sosial dan mengangsurkan bantuan logistik hingga medis. Aksi dukungan sosial dalam bentuk lain juga dijalankan tim Nol Plastik Makassar. Beberapa pemuda menjadi barisan penutup selepas aksi bagi-bagi makanan itu. Tak ada sampah yang boleh berserakan, usai aksi yang melibatkan banyak mahasiswa itu. Aksi unjuk rasa harus diakhiri dengan elegan dan dengan suasana yang benar-benar damai. Salah satu pemuda, Awal, mengatakan upaya memperoleh kembali demokrasi memang sangat penting. Akan tetapi, penting pula untuk tetap memperhatikan kebersihan kota. Apalagi, gelombang demonstrasi selalu mengikutsertakan ribuan mahasiswa dan berbagai elemen. Tak bisa dipungkiri, sampa-sampah plastik akan bertebaran di sekitar lokasi aksi unjuk rasa. "Kita cuma mau melakukan aksi sederhana di tengah-tengah unjuk rasa. Barangkali, seperti ini cara kecil kami untuk mendukung perjuangan mahasiswa dalam merebut kembali demokrasi bangsa kita," pungkasnya. (mam)  
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan