Pada masanya, Mochtar Lubis berminat menerbitkan puisi-puisi Fadjroel yang tercantum dalam pledoinya, kecuali dua puisi yang dianggap terlalu keras pada waktu itu.
Sementara esai-esainya dimasukkan dalam buku "Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat" dan Democracy Without the Democrats: On Freedom, Democracy and The Welfare State. Fadjroel juga tercatat sempat melahirkan sejumlah novel.
Puncak perlawanan Fadjroel terhadap rezim orba adalah tahun 1998, di mana kala itu mahasiswa berhasil menggulingkan pemerintahan Soeharto.
Saat pemerintahan orde baru, Fadjroel tetap idealis dengan tidak masuk ke dalam partai politik. Dia tetap memilih bergelut dengan dunia aktivisme.
Pada tanggal 28 Oktober 2007 bertempat di Gedung Arsip Nasional, Jln. Gajah Mada, Jakarta, seorang Fadjroel Rachman bersama dengan teman-temannya mendeklarasikan Ikrar Kaum Muda Indonesia dengan tema sentral "Saatnya Kaum Muda Memimpin."
Fadjroel Rachman juga aktif menjadi presenter di berbagai acara talkshow atau saresehan serta menjadi seorang pengamat politik yang sering diundang sebagai narasumber.
Fadjroel Rachman turut mendirikan perhimpunan berbadan hukum Gerakan Nasional Calon Independen (GNCI).
Di bawah bendera GNCI, Fadjroel turut meloloskan Pemilukada Independen di Mahkamah Konstitusi pada 23 Juli 2007, meloloskan Pemilukada Independen untuk Provinsi Aceh pada tahun 2010, dan bersama Aliansi Masyarakat Sipil untuk Pemilu Serentak (Effendi Gazali, Prof. Hamdi Muluk, dan lainnya) memenangkan judicial review Pemilu Serentak di Mahkamah Konstitusi.