Kecewawan Kecewawati

  • Bagikan

Setiap habis pemilu banyak sekali yang kecewa. Apalagi yang sudah ge-er duluan. Atau yang merasa paling berkeringat.

Itulah kekecewaan lima tahunan. Kali ini bukan yang pertama. Dan pasti bukan pula yang terakhir.

Dalam kabinet ini ada juga sosok yang sama sekali tidak ingin jadi menteri. Malah jadi. Misalnya dr Mayor Jendral Terawan. Yang dipilih menjadi menteri kesehatan.

Orangnya suka mengalah. Pendiam. Tidak ingin jadi apa-apa. Pikirannya terpusat pada pengembangan terapi ”brain washing”.

Ketika Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menentang terapinya itu dr Terawan diam seribu basa. Ia tidak mau menjawab --apalagi melawan. Diwawancara media pun tidak mau.

Namun ia terus mengembangkan terapinya itu. Lantaran banyak yang merasa tertolong. Saya menjalaninya dua kali. istri saya sekali. Ribuan orang lagi yang antre.

Kini sudah banyak ”anak didik”-nya yang bisa melakukan terapi itu. Belakangan tinggal pasien tertentu yang langsung ditanganinya.

Saya masih ingat lagu kegemarannya. Yang selalu ia nyanyikan. Sambil menerapi pasiennya. Sampai yang dicubles jarum pun tidak terasa. Lagu itu kita kenal semua: doa ibu.

Muhadjir pun rasanya juga termasuk yang tidak berharap jadi menteri lagi. Saya masih ingat kata-katanya saat saya ke rumah dinasnya.

Ia masih hafal lagu wajib pesantren. Ia selalu latihan pencak silat di pesantren kami di Magetan.

Pun Sofyan Djalil. Orangnya seperti itu.

Dunia terus berputar. Tidak mau menunggu para kecewawan dan kecewawati itu. (dahlan iskan)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan