Dia mengaku sehari-hari ia hanya menjual kopi dan mi rebus.
Ummu juga mengaku bahwa warkopnya kadang tutup pukul 23.00 Wita.
Sementara itu, dari informasi warga setempat menyebutkan bahwa tempat itu diduga kerap dijadikan tempat prostitusi.
"Ada juga begitu karena memang pelayannya ada empat sampai enam orang. Biasa kalau malam banyak yang singgah. Ada sopir, ada warga juga. Biasa mereka minum sampai pagi dan karaoke. Biasa juga ribut-ribut tidak jelas antara pelayan dengan sopir," jelas warga yang enggan disebutkan identitasnya.
Sementara, Kepala Desa (Kades) Labuaja, Asdar, mengatakan warkop ini berdiri sekitar sebulan lalu.
Setelah turun langsung, kata dia, pihaknya akan kembali berkoordinasi dengan kepala dusun dan turun kembali.
"Jika memang dugaan warung itu dijadikan sebagai tempat prostitusi tentu akan kita tutup dan kamarnya kita sarankan untuk dibongkar. Apalagi sesuai perjanjian awal ini hanya digunakan untuk warung kopi saja," jelasnya.
Menyoal adanya minuman keras seperti bir yang dijual, Asdar mengaku akan memberikan teguran dan peringatan.
"Kalau memang sudah diperingati dan tetap menjual miras maka akan kita tutup," tegasnya. (rin)