Maka dua-tiga-empat tahun lagi mestinya KS sangat sibuk. Empat pabrik baru sudah jalan semua. Masih ditambah fasilitas baru yang juga segera selesai dibangun: blast furnace.
Seperti juga pabrik baru yang lain, pabrik baru keempat ini pun ada dramanya. Ada korbannya.
Memang tidak mudah membangkitkan Krakatau Steel. Tapi empat pabrik baru tadi menjadi harapan. Diam-diam di tengah kesulitannya KS bisa punya lima pabrik baru.
Tapi mungkin juga itu belum cukup untuk mengatasi kelemahan mendasar di KS.
Kelemahan mendasar pertama adalah mahalnya energi. Padahal pabrik baja itu haus sekali energi.
Krakatau Steel sangat telat menyadari ini. Sadarnya mungkin tidak telat. Tapi action-nya tidak cepat. Termasuk action saya waktu itu. Sudah membangun empat pabrik baru pun KS masih kurang cepat.
Mestinya dibangun pula infrastruktur energinya. Agar tidak lagi tergantung gas alam.
Naiknya harga gas bumi telah membuat KS tidak kompetitif!
Apalagi, di Indonesia, harga gas dibuat sama untuk siapa saja. Tidak ada kebijakan yang mengistimewakan industri strategis. Atau industri dalam negeri.
Memang Krakatau Steel punya pembangkit listrik sendiri. Tapi bahan bakarnya juga gas!
Padahal sejak 15 tahun lalu sudah banyak industri lain memindahkan bahan bakar ke batubara.
Ada harapan di KS.
Ada tantangan di KS.
Adakah juga ada ketenangan dan kesabaran. (Dahlan Iskan)