Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, Budu saat ditemui di lokasi acara menjelaskan bahwa penyakit infeksi kulit terus akan ada jika tidak dicegah. Olehnya itu, Perdoski fokus pada kegiatan eliminasi kusta hingga tahun 2025.
"Program elimimasi kusta merupakan bentuk kepedulian kepada masyarakat khususnya bagi penderita kusta di kota Makassar. Ini akan menjadi program Perdoski sepanjang pendidikan kulit ada di Fakultas Kedokteran Unhas, makanya kami terus mengembangkan kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Pemkot Makassar," bebernya.
Sementara itu, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan RI melalui Kepala Seksi Kusta Subdit Penyakit Kronis Menular Langsung, dr. Tiara Pakasi mengatakan hingga saat ini Indonesia termasuk tiga besar sesudah India dan Brazil dengan kasus terbanyak penderita kusta.
"Sebanyak 1.500 anak di Indonesia di bawah usia 15 tahun menderita kusta dengan temuan yang mengalami cacat. Banyak di antara mereka mendapat perlakuan diskriminatif akibat penyakit kusta yang dideritanya,” ujarnya.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Kota Makassar, Naisyah Tun Azikin menguraikan jumlah kasus penderita kusta di Makassar sebanyak 194 kasus. Saat ini angka prevalensi kusta masih di angka 1,17 dan target nasional tidak melebihi dari satu.
Pada Hari Kusta Se Dunia dilakukan penandatanganan komitmen bersama menuju eliminasi kusta kota Makassar 2025, antara Pemerintah Kota Makassar, Kemenkes RI serta Universitas Hasanuddin. Selain itu juga dilakukan penyerahan piagam rekor MURI oleh Awan Raharjo selaku perwakilan MURI kepada Iqbal Suhaeb sebagai pemecah rekor pemeriksa penderita kusta terbanyak.