Oleh: Dahlan Iskan
'Golkar Malaysia' tampaknya tidak akan lama menjadi korban reformasi 2018.
Kudeta internal itu ternyata berhasil. Setidaknya untuk sementara.
Muhyiddin Yassin, pemimpin kudeta itu, akhirnya berhasil menjadi Perdana Menteri ke-8 Malaysia --lewat penunjukan oleh Yang di-Pertuan Agong, kemarin.
Muhyiddin-lah yang membuat Mahathir Muhamad sewot. Lalu mengundurkan diri sebagai perdana menteri Malaysia.
Muhyiddin-lah memang yang punya konsep langkah kuda: tinggalkan Anwar Ibrahim! Rangkul UMNO!
Kalau Mahathir tidak mau dengan cara itu, Muhyiddin sendiri yang akan maju sebagai perdana menteri baru. Toh Muhyiddin-lah yang sebenarnya menjabat ketua umum Partai Pribumi Bersatu. Mahathir adalah ketua dewan pembina.
Dengan jabatan itu Muhyiddin merasa secara formal lebih berkuasa di dalam partai.
Termasuk berkuasa menyelamatkan ideologi partai: membela kepentingan pribumi Malaysia. Yang juga disebut dengan 'Orang Melayu' itu.
Muhyiddin adalah orang yang paling kecewa di dalam koalisi Pakatan Harapan. Terutama setelah terlihat begitu besarnya porsi partai DAP --partai Tionghoa-- dalam koalisi itu.
Muhyiddin memang sangat Islam ideologis. Semua orang Johor tahu itu.
Ayah Muhyiddin adalah orang Johor, seorang kiai keturunan Bugis, Sulawesi. Ibunya seorang wanita Jawa.
Ketika menjadi menteri pendidikan Malaysia, Muhyiddin menghapuskan penggunaan Bahasa Inggris di sekolah negeri.
Sebelum itu bahasa Melayu memang sudah menjadi bahasa pengantar di sekolah. Namun khusus untuk pelajaran sains dan matematika masih harus disampaikan dengan Bahasa Inggris.