FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Jelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda), Partai Golkar Sulsel terbelah dua. Ada yang tetap di kubu Nurdin Halid, ada pula yang memilih jalan berbeda dengan mendeklarasikan Kelompok Pembaharuan Partai Golkar.
Lebih separuh Ketua DPD II Gokar di Sulsel menamakan diri Kelompok Pembaharuan. Gerakan ini murni diinisiasi oleh Rusdin Abdullah beserta sejumlah Plt hingga definitif Ketua DPD II Golkar di Sulsel.
Dalam kelompok pembaharuan ini bisa diumpamakan sudah menjadi kekuatan kuat Golkar di Sulsel. Sebab, Bupati hingga wali kota yang dimiliki Golkar bergabung.
Sekadar diketahui, mereka adalah, Andi Fahsar Padjalangi (Bone) Taufan Pawe (Parepare), Iksan Iskandar (Jeneponto), Kaswadi Razak (Soppeng), Victor Datuan Batara Toraja, Iskandar Zulkarnain Latif (Sinjai), Hoist Bachtiar (Gowa), Fachruddin Rangga (Takalar), Darwis Bastama (Pinrang) dan Armin Mustamin Toputiri (Palopo).
Munculnya kelompok pembaharuan itu yang notabenenya di dalamnya adalah bupati dan Wali kota, menurut Pengamat Politik Universitas Bosowa (Unibos ) Makassar, Arief Wicaksono hal tersebut dinilai sebagai bentuk kegagalan Nurdin Halid selama memimpin Golkar di Sulsel.
NH diketahui dipercayai ke Sulsel saat 2016 lalu menggantikan Syahrul Yasin Limpo.
"Awalnya mereka loyal pada NH. Namun mereka kini berbalik haluan dengan membentuk kelompok pembaharuan. Dan di dalam kelompok itu, notabenenya di dalamnya ada bupati dan Walikota dari Golkar, ini bentuk kegagalan Nurdin Halid memimpin Golkar yang tak mampu lagi menyolidkan pengurusnya," ujar Arief Wicaksono.