Masa Pembatasan Sosial, Psikolog Unhas Sarankan Ini

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID -- Akibat wabah Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh Badan Kesehatan Dunia, berbagai daerah di Indonesia sedang menerapkan fase pembatasan sosial atau social distancing. Metode ini dimaksudkan untuk memutus mata rantai sebaran virus yang mungkin berlangsung tanpa disadari.

Salah satu implementasi pembatasan sosial adalah warga dan masyarakat sangat diminta untuk berada dalam rumah, mengurangi aktivitas sosial, menerapkan bekerja dan belajar dari rumah, dan membatasi sentuhan fisik dengan orang lain.

Dosen Psikologi Universitas Hasanuddin, Andi Juwita Amal SPsi MPsi Psikolog, menjelaskan bahwa persoalan terberat dalam fase pembatasan sosial adalah setiap orang akan mengubah perilaku sosialnya. Aktivitas yang rutin yang telah dilakukan bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun, harus berubah mendadak, bahkan tanpa persiapan sebelumnya.

“Ini berbeda dengan liburan. Biasanya, seseorang sudah merencanakan jauh-jauh hari sebelumnya jika ia akan meninggalkan rutinitas karena akan berlibur. Pembatasan sosial ini terjadi tanpa persiapan secara psikologis,” kata Juwita.

Pada fase awal, seseorang dituntut melakukan adaptasi cepat terhadap perubahan rutinitas. Pembatasan sosial ini mengubah rutinitas, dan untuk itu seseorang perlu adaptasi.

“Seseorang butuh penyesuaian untuk berada di rumah selama 24 jam, melakukan pekerjaan dari rumah, dan juga terlibat dalam urusan-urusan rumah tangga yang selama ini kurang ia perhatikan,” kata Juwita.

Tantangan pembatasan sosial akan lebih berat dirasakan oleh seseorang yang tinggal sendiri. Berinteraksi dengan orang lain adalah kebutuhan dasar manusia.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan