FAJAR.CO.ID,MAKASSAR-- Penyebaran Covid-19 kian sulit dibendung, tak terkecuali di Sulawesi Selatan. Tercatat per Senin 30 Maret 2020, jumlah positif terinfeksi Corona mencapai 50 orang, Orang Dalam Pemantauan (ODP) sekitar 630 orang, dan Pasien Dalam Pemantauan (PDP) sekitar 105 orang.
Tentu ini cukup mencengangkan, terlebih angka tersebut diprediksi bakal terus meningkat dari hari ke hari.
Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan tapi juga stabilitas ekonomi di Sulsel. Penurunan daya beli, pemutusan hubungan kerja (PHK) tak terhindarkan. Kemudian disusul dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah daerah Sulawesi Selatan saat ini lebih banyak mengacu pada pendekatan social distancing, disamping banyak pihak yang mendesak alternatif kebijakan karantina wilayah (lockdown) agar juga diambil oleh pemerintah.
Sayangnya, desakan tersebut belum banyak didasarkan pada perhitungan dan simulasi ekonomi yang jelas.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan tim peneliti LOGOV Celebes yang menyajikan evidence dalam menakar kedua skema tersebut ditemukan bahwa, melalui skema karantina wilayah di Sulsel selama 1 bulan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2020 akan berada di angka 5,05 persen.
Salman Samir, Peneliti Logov Celebes menyatakan, hasil ini menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan pendekatan social distancing yang diperkirakan hanya menciptakan pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2020 sebesar 4,61 persen.
Jika dilihat dari angka proyeksi PDRB riil Sulsel, skema karantina wilayah diperkirakan dapat mencatat Rp347,3 Triliun PDRB riil di tahun 2020.
Dengan kata lain, perkiraan nilai peluang ekonomi Sulsel yang hilang pada tahun 2020 hanya sebesar Rp5,1 Triliun. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan skema social distancing (Rp6,5 Triliun) dengan selisih Rp1,4 Triliun.
"Jika dilihat lebih spesifik, kebijakan karantina wilayah akan membuat pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2020 pada kuartal II terjun bebas di angka 1,33 persen," jelas Salman.
Meskipun demikian, skema ini memungkinkan terjadinya rebound secara cepat di kuartal III ke angka 6,43 persen. Hal ini berbeda dengan skema social distancing yang menunjukkan konsistensi penurunan selama tahun 2020 (I-IV). (endra/fajar)