“Tadinya saya lihat, anak-anak (The Macz Man) semakin disorakin dari bawah, semakin semangat. Akhirnya, atas izin Mabes The Macz Man Indonesia, saya naik ke atas pagar dan memimpin mereka bernyanyi dan membuat koreografi. Sejak saat itulah saya menjadi dirigen The Macz Man,” tutur Becks.
Sebagai dirigen, dirinya bersama dirigen-dirigen lain berusaha untuk terus membakar semangat The Macz Man saat mendukung Pasukan Juku Eja bertanding. The Macz Man sendiri merupakan kelompok besar suporter yang menjadi bagian dari SuperSoccer Makassar.
“Kalau teman-teman suporter terus bersemangat, otomatis tim yang didukung juga semakin termotivasi saat bertanding. Tapi kadang kalau tim mainnya jelek, teman-teman juga loyo saat mendukung. Nah, di situlah peran dirigen untuk membangkitkan semangat teman-teman The Macz Man,” kata Becks.
Becks berkisah, selain berperan menjaga spirit suporter, dirigen sesungguhnya juga berfungsi untuk meredam adanya provokasi. “Jangan sampai provokasi itu masuk ke stadion dan menciptakan konflik. The Macz Man dikenal adalah suporter yang cinta damai dan itu yang selalu saya jalani dengan penuh kegembiraan,” pungkasnya. (rul/fajar)