Makan Obat Malaria, Pasien Corona Lebih Banyak Meninggal

  • Bagikan
Foto: VIA Metro.co.uk

FAJAR.CO.ID, WASHINGTON—Selama beberapa minggu, Presiden AS Donald Trump mendorong obat malaria hydroxychloroquine sebagai cara yang mungkin untuk mengobati coronavirus. Namun, sebuah penelitian di rumah sakit veteran AS menemukan fakta sebaliknya.

Bukan hanya tidak ada manfaatnya, tetapi ada lebih banyak kematian di antara mereka yang diberi obat tersebut dibandingkan dengan mereka yang menerima perawatan standar. Persentasenya mencapai 28%.

Para peneliti menganalisis catatan medis dari 368 veteran pria yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi coronavirus yang dikonfirmasi di pusat-pusat medis Administrasi Kesehatan Veteran yang meninggal pada 11 April.

Sekitar 28% yang diberi hydroxychloroquine meninggal. Sebanyak 11% dari mereka meninggal setelah mendapatkan perawatan rutin saja. Dan sekitar 22% dari mereka yang mendapatkan obat plus azithromycin juga dinyatakan meninggal dunia.

Akan tetapi perbedaan antara kelompok itu dan perawatan biasa tidak dianggap cukup besar untuk menyingkirkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup. Para peneliti juga tidak melacak efek samping, tetapi mencatat petunjuk bahwa hydroxychloroquine mungkin telah merusak organ lain.

Obat ini telah lama diketahui memiliki potensi efek samping yang serius, termasuk mengubah detak jantung dengan cara yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Studi ini diposting di situs online untuk para peneliti dan belum ditinjau oleh para ilmuwan lain. Hibah dari National Institutes of Health (INI) dan University of Virginia membiayai pekerjaan itu.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan