FAJAR.CO.ID, MOSKOW-- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova membantah klaim AS bahwa Iran melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231, atas peluncuran satelit militer "Noor 1". Tuduhan AS ini dinilai tidak berdasar. Israel juga mengecam peluncuran satelit ini.
Saat berpidato pada konferensi pers di Teheran, sikap AS ini bukan yang pertama kalinya menuduh negara lain secara terang-terangan melanggar norma-norma hukum internasional dan melanggar resolusi UNSC 2231.
Juru bicara itu menggarisbawahi bahwa resolusi tersebut, serta JCPOA yang mengatur program nuklir Iran, sama sekali tidak membatasi hak dan kemampuan Iran untuk mengeksplorasi ruang untuk tujuan damai.
AS mengklaim bahwa rudal ruang angkasa Iran dapat membawa senjata nuklir tidak berdasar, kata Zakharova, menegaskan bahwa Iran tidak pernah menghasilkan senjata nuklir dan tidak akan pernah memiliki senjata seperti itu di masa depan.
Pada 22 April, Iran meluncurkan satelit militer pertamanya bernama Noor-1 (atau Cahaya). Satelit ditempatkan ke orbit 425 km.
Iran telah menjalani inspeksi nuklir lebih dari negara lain, karena Badan Energi Atom Internasional pada beberapa kesempatan memverifikasi sifat damai dari program nuklir Iran. Dia mencatat bahwa para inspektur saat ini melanjutkan pekerjaan mereka di pusat-pusat Iran sepanjang waktu meskipun coronavirus mewabah.
Terlepas dari obstruksi AS, Iran masih menerapkan JCPOA, katanya, mencatat bahwa Washington berusaha untuk menutupi pelanggarannya terhadap kesepakatan internasional.
Ditanya tentang kelanjutan sanksi AS di tengah penyebaran coronavirus, Zakharova mengatakan bahwa sanksi sepihak AS sepenuhnya ilegal dan anti-manusiawi mengingat situasi yang dihadapi Iran saat ini dan beberapa negara lain.
Rusia selalu menekankan bahwa sanksi sepihak adalah ilegal dan AS seharusnya tidak menciptakan hambatan dalam cara memerangi virus corona, katanya dilansir iranian, Jumat (24/4/2020).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia lebih lanjut menunjukkan, sanksi telah benar-benar mengekspos kepalsuan klaim AS bahwa mereka mengadvokasi hak asasi manusia.
Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Angkatan Udara mengumumkan bahwa Teheran berencana untuk meluncurkan satelit militer lain ke orbit. Juru bicara itu mengatakan akan disebut "Noor-2", tetapi tidak menyebutkan kemampuan atau fungsinya. Sedikit yang diketahui tentang tujuan "Noor-1", terlepas dari fakta bahwa itu akan digunakan oleh militer Iran.
Teheran mengumumkan pada 23 April bahwa satelit telah berhasil mencapai orbit, meskipun militer Amerika pada awalnya ragu-ragu untuk mengkonfirmasi keberhasilan Teheran. Peluncuran itu didahului dengan serangkaian kegagalan mengirim satelit sipil ke orbit Bumi yang rendah.
Meskipun bersifat sipil, peluncuran ini juga dikutuk oleh AS, yang mencurigai Iran mengembangkan rudal balistik untuk keperluan militer melalui program luar angkasa. Washington juga mengklaim bahwa Republik Islam sedang mengembangkan senjata nuklir agar nantinya dapat dipasang pada rudal balistik. Teheran sendiri telah mengesampingkan penciptaan senjata nuklir dan rudal jarak jauh. (fajar)