"Beberapa waktu lalu, dari Morotai menuju Surabaya, kami membawa muatan balik berupa ikan tuna dan batang kelapa. Begitupun di daerah Tarempa, Natuna kami mengoptimalkan muatan seperti ikan, cumi-cumi, dan cengkeh," terang Yahya.
Sementara itu, melalui program tol laut, PELNI juga terus menunjukkan perannya dalam membantu Pemerintah dalam mengurangi disparitas harga bahan pokok dan bahan penting lainnya melalui pengoperasian 'Rumah Kita', sebagai sentra distribusi barang-barang tol laut dan menjadi sentra pemasaran bagi produk lokal untuk dimuat kembali pada kapal tol laut sehingga dapat dipasarkan di daerah maju. Pengoperasian 'Rumah Kita' dilakukan oleh anak usaha PELNI, PT Sarana Bandar Nasional.
Keberadaan 'Rumah Kita' menjadi acuan standar harga para pedagang untuk menjual barangnya. Harga yang lebih kompetitif di 'Rumah Kita' mampu membantu menurunkan harga barang secara umum di daerah Indonesia Timur dan daerah T3P. Sehingga keberadaanya menjadi bagian yang penting pada aspek pengendalian disparsitas harga.
'Rumah Kita' merupakan gagasan Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN dengan melakukan sinergi bersama BUMN, BUMD, serta BUMDes untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menjaga harga barang kebutuhan pokok dan penting.
Sebelumnya, PELNI mendapatkan penugasan 4 'Rumah Kita' di Indonesia, yaitu Timika, Manokwari, Morotai, dan Saumlaki dengan pengoperasian pertama kali pada tahun 2017 di Timika.
Seiring dengan keberhasilan PELNI dalam mengelola 'Rumah Kita' serta perluasan pelayanan dan mempercepat keseimbangan harga di daerah T3P, sesuai arahan Pemerintah, PELNI berencana menambah Gerai 'Rumah Kita' di beberapa lokasi.