Kenal Rustam Effendi saat Tentara Serang Jeneponto

  • Bagikan

Oleh: Arsyad Hakim

Medio 2005, saya mulai berkenalan Drs Rustam Effendi. Saat itu, Rustam masih berpangkat Mayor. Ia perwira Kodam VII/Wirabuana, menjabat Kepala Penerangan Kodam.

Berbeda dengan tentara pada umumnya, Rustam Effendi jauh dari perawakan sangar. Tegap, namun tidak terlalu kekar. Jika ketemu atau bicara via telepon, senyum dan canda duluan telontar.

Dia humble dan tak pernah kelihatan susahnya. Padahal, tugas kesehariannya lebih banyak berurusan dengan wartawan. Terutama wartawan kriminal, hukum, dan pertahanan keamanan.

Suatu ketika, November 2005, setelah peristiwa penyerangan TNI dari Yonif/700 di Desa Bandri Manurung, Jeneponto, saya ditelepon Pak Rustam. Ia meminta saya ke Kodam, ditunggu Panglima, Mayjend Arief Budi Sampurno.

Awalnya saya ragu. Namun, Pak Rustam meyakinkan dengan gaya canda di telepon, kalau Panglima hanya ingin menyampaikan peristiwa sebenarnya di Desa Bandri Manurung kepada awak media.

Sebab, hari itu, sudah ramai diberitakan media lokal dan nasional tentang penyerangan tentara di Jeneponto. Termasuk Harian FAJAR yang menurunkan peristiwa itu di halaman satu. Saya yang menulisnya.

Antara ragu dan cemas, saya berangkat ke Kodam. Ke ruang kerja Kapendam. Lalu diantar ke Panglima oleh Pak Rustam Effendi. Ternyata, di ruang tunggu Panglima sudah banyak wartawan.

Saat wartawan dipersilakan masuk, panglima muncul. Setelah duduk dengan pakaian militer lengkap, Panglima mulai memberikan keterangan. Dengan nada tegas dan sedikit tinggi. Ia menyinggung beberapa pemberitaan yang dianggap menyudutkan Kodam VII/Wirabuana.

Suasana sedikit tegang. Tiba-tiba Pangdam menanyakan wartawan FAJAR. Awalnya, saya kira panglima hendak menumpahkan kemarahan, di tengah-tengah acara keterangan pers. "Contoh itu beritanya FAJAR," kata Panglima. Saya pun lega.

Rupanya, hari itu, berita di media kebanyakan melaporkan penyerangan tentara di Desa Bandri Manurung saja. Sementara, FAJAR menurunkan berita penyerangan itu, lengkap dengan kronologi pemicu penyerangan. Yakni, pengeroyokan seorang tentara bertugas di Yonif 700/Rider saat liburan di Jeneponto. Inilah pemicunya, kemudian ada aksi balas dendam dari rekan-rekan tentara yang jadi korban pengeroyokan.

Dalam berita itu, FAJAR juga menuliskan kronologi pasca penyerangan. Tentara yang meninggalkan Jeneponto terlibat kasus lagi dengan anggota Polantas di Sungguminasa, Gowa. Ada polisi dianiaya dan ditikam karena berusaha mencegat rombongan itu. Namun, satu polisi yang selamat, diam-diam menyamar mengikuti mobil yang digunakan penyerang ke arah Makassar.

Sang polisi baru pulang, setelah memastikan kelompok itu masuk ke Markas Yonif 700/ Rider. Kesaksian polisi inilah yang membongkar kasus penyerangan dengan motto "Cepat, Senyap, Tepat".

Guna mencegah meluasnya peristiwa itu, dilakukan upaya damai. Pangdam membentuk tim dan melakukan kerja bakti, memperbaiki rumah dan fasilitas yang dirusak di Bandri Manurung. Begitu juga dengan kendaraan yang dirusak.

Wartawan, termasuk saya, diajak ke Bandri Manurung untuk melihat langsung kegiatan TNI di sana. Masyarakat pun menerima perdamaian itu. Tentara dan rakyat di sana menyatu lagi.

Sejak peristiwa itu, saya semakin sering bersentuhan dengan Rustam Effendi. Baik saat ada kegiatan di Kodam mau pun tak ada. Rustam Effendi juga sering jalan-jalan ke Redaksi FAJAR.

Setelah Rustam Effendi tak lagi menjabat Kapendam, dan saya pindah tugas ke Jakarta, komunikasi kami tetap berjalan. Meski itu via telepon.

Terakhir, di era Pangdam XIV/Hasanuddin (dahulu Kodam VII/Wirabuana), saya masih sering komunikasi dengan Pak Rustam. Saat itu, Rustam Effendi menjabat sebagai staf ahli Pangdam. Seperti biasa, saat ketemu, bagi saya, Rustam Effendi yang sudah berpangkat Letnan Kolonel, tak ada yang berubah. Tetap bersahabat seperti dahulu.

Hingga kabar duka itu datang, Jumat, 1 Mei 2020, Letkol inf Drs Rustam Effendi mengembuskan napas terakhir di RS TNI Pelamonia Makassar. Rasanya tidak percaya, sebab saya tidak pernah mendengar jika Rustam tengah bergulat dengan penyakit kanker usus yang dideritanya.

Selamat jalan Letkol Inf Drs Rustam Effendi. Selamat jalan tentara yang dekat dengan wartawan. Alfatihah. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan