“Bahkan sebutan Petani sekarang populer dipanjangkan menjadi Pemuda Tampan Masa Kini. Hal ini tak lepas dari kehadiran Shofyan Adi Cahyono sebagai Duta Petani Milenial yang memberi warna bagi generasi milenial Kabupaten Semarang untuk tampil mengambil peran di sektor pertanian, “ ujar Iswanto, Kamis (30/4).
Iswanto juga menyebut contoh lahirnya petani milenial lainnya yang juga mengelola Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Manunggal di Kecamatan Jambu, Hadi Suprapto.
“Saat ini Hadi bersama anggotanya mengelola kopi mulai dari penanaman, panen, proses pembuatan jadi kopi bubuk kemasan, hingga warung kopi siap saji. Bahkan produk kopi Gunung Kelir sudah diekspor hingga Australia,” ungkapnya.
Mereka juga merintis wisata edukasi proses pembuatan dan pengolahan kopi. Wisatawan bisa datang langsung ke lokasi ini untuk bersama-sama melakukan proses pengolahan dari biji kopi menjadi bubuk dan siap saji.
Ada juga nama Siwi Andriani, petani milenial yang sedang mengembangkan usaha tanaman Sri Rejeki atau yang dikenal dengan sebutan Aglaonema. Sebagai tanaman yang di nobatkan sebagai andalan Kabupaten Semarang, Aglaonema selama ini cocok dibudidayakan di wilayah Bandungan dan Ungaran serta Getasan yang berada di kaki gunung Merbabu dan Telomoyo.
Munculnya trend positif ini merupakan hasil pembinaan melalui kegiatan pelatihan, fasilitasi sarana rumah kemas dan sejumlah fasilitas lainnya. Ke depan diharapkan lebih banyak petani milenial yang muncul dengan komoditas berbeda. (rls-ilo)