Minthul pun minta waktu pada si penipu untuk mentransfer melalui e-banking. “Pas saya ditelepon balik, saya bilang paketan data saya habis. Jadi, gak bisa transfer. Mau ke bank, sepeda satu-satunya dibawa dia kan? Saya bilang gitu. Padahal, di rumah ada sepeda motor lain,” ujarnya.
Setelah bicara panjang lebar dengan si penipu, Minthul minta supaya dikirimi pulsa data biar bisa transfer lewat e-banking. Mulanya, si penipu menolak dengan berbagai alasan. Tapi, Minthul berjanji melebihkan uang yang akan ditransfer sebagai ganti kiriman paket data.
Akhirnya setelah setuju, telepon pun dimatikan oleh si penipu. Minthul sebenarnya tidak yakin si penipu mengirim paketan data yang dia minta. Namun, sekitar 20 menit kemudian, di ponsel Minthul terkirim paketan data. Jumlahnya juga cukup besar. Yakni, Rp 50 ribu.
Tentu saja Minthul tak kuasa menahan tawa. Namun, ia berusaha mengendalikan diri karena si penipu menghubunginya. “Penipu itu tanya apakah pulsa data sudah masuk. Ya, saya jawab sudah masuk. Saya sampaikan terima kasih untuk sedekah pulsanya. Saya juga bilang kalau suami saya lagi istirahat sama anak-anak,” jelasnya.
Kontan saja, si penipu itu misuh-misuh. Mendengarkan suara penipu yang marah, Mintul pun tertawa lepas. “Saya lagi-lagi mengucapkan terima kasih karena susah-susah menyamar jadi suami saya,” kata Minthul kemudian. (put/rf/rdrbrm/jpc)