Tidak Sahur Berisiko Hipoglekimia

  • Bagikan

Menjalankan ibadah puasa tanpa sahur berisiko tinggi bagi kesehatan. Meski tubuh tetap terasa mampu.

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR— Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropis dan Infeksi, RS Universitas Hasanuddin, dr Sudirman Katu Sp PD K-PTI FINASIM mengatakan, tidak sahur sangat merugikan tubuh, utama bagi orang yang memiliki riwayat diabetes dan mag. Risiko bagi kesehatan adalah kurang energi. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan hipoglikemia yang berakibat rasa pusing dan lemas lama.

Dokter Sudirman menambahkan, akibat lainnya yakni, asam lambung meningkat. Tentunya akan mengganggu saluran pencernaan. Yang sangat membahayakan adalah dehidrasi. Tanpa sahur kondisi ini sangat rentan terjadi, sebab 60 persen tubuh manusia terdiri dari cairan dan itu perlu distabilkan. Kata dia, juga akan sangat terasa pengaruhnya pada psikologi. Mulai dari perubahan suasana hati akibat tubuh kekurangan asupan makanan, kadar gula darah akan menurun sehingga mengakibatkan mood menjadi lebih sensitif dibanding biasanya.

Risiko lain adalah penurunan fungsi kognitif. Akibatnya, akan sulit berkonsentrasi dan fokus pada kegiatan yang sedang dilakukan.

Terpisah, Ahli Gizi Universitas Muslim Indonesia, Dr dr HM Khidri Alwi M Kes MA menambahkan, bahwa tidak sahur pada dini hari sangat rentan terjadi malnutrisi. “Sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, depresi, kehilangan lemak, massa otot, dan jaringan tubuh,” katanya.

Kondisi itu, karena setiap hari tubuh membutuhkan energi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral ). Bahaya lainnya bisa memicu penurunan kadar gula darah rendah atau hipoglikemia yang bisa menyebabkan gejala seperti pusing dan migrain. “Malnutrisi ini akan berdampak berkepanjangan pada kebugaran tubuh, sehingga rasa lelah terus akan terasa,” tuturnya. (*)

Mi Instan Penyebab Rasa Haus

MI instan tidak hanya memberi rasa cepat lapar saat berpuasa. Rasa haus pun lebih terasa dibanding saat tidak memakannya. “Karena makanan ini jenis makanan karbohidrat sederhana,” ujar Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Prof Dr Veni Hadju M Sc PhD, Kamis, 7 Mei.

Rasa haus yang lebih besar karena pengaruh kandungan sodium atau garam yang tinggi. Garam yang masuk ke dalam pencernaan kita akan diserap oleh pembuluh darah. Ketika jumlahnya berlebihan, tubuh akan merasakan adanya ketidakseimbangan. Kemudian, garam yang ada di darah kita akan menarik cairan yang tersimpan di dalam sel di sekitarnya. Di saat itulah, otak menerima sinyal yang mengisyaratkan bahwa sel sedang dehidrasi. “Tubuh pun meresponsnya dengan merasa haus,” katanya. Selain itu, kalori dalam mi instan jauh lebih tinggi dari nasi. Semakin tinggi kalori, semakin cepat makanan tersebut membuat kita gemuk. Jika kamu mengonsumsinya setiap sahur, berat badan akan lebih sulit dikontrol.

Sementara itu, terkait memudahkan tubuh lapar dari karbohidrat sederhananya. Karbohidrat sederhana yang terkandung dalam mi instan sebenarnya berperan sebagai sumber energi. Dalam proses pencernaan, zat ini akan dileburkan menjadi gula, yang terdiri dari glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Ketiganya akan disimpan di hati untuk menjadi sumber energi. Sayangnya, proses peleburan karbohidrat sederhana cukup singkat karena ia benar-benar hanya gula. Tidak ada kandungan serat atau zat lain yang menyertainya. (sal/dni)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan