“Pentingnya sistem informasi logistik pangan ini, menjadi GPS dalam aliran pangan dari daerah surplus ke defisit. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah sistem logistik pangan presisi tinggi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Agung menuturkan bahwa pihaknya rutin melakukan pemantauan ketersediaan pangan di seluruh provinsi. Menurutnya, setiap minggu dilakukan pemantauan melalui video conference bersama Kepala Dinas Pangan serta melakukan quickcount ketersediaan pangan,
“Sehingga kita tahu cabai di suatu provinsi itu minggu depan tersedia atau tidak, kalau tidak tersedia kita lakukan intervensi," jelasnya.
Dia juga menegaskan pentingnya meningkatkan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) dan juga lumbung pangan masyarakat (LPM).
Terlebih lagi berdasarkan BMKG, Indonesia akan menghadapi musim kering pada akhir Juni sampai Agustus yang akan berpengaruh terhadap produksi pangan.
"Jika kita bisa kelola dengan baik dan menyiapkan CPPD dan LPM, sekarang inilah momentumnya untuk melewati musim kering yang akan kita hadapi ke depan" tegas Agung.
Selain menggenjot produksi, dalam strategi pengembangan sistem logistik pangan nasional, Agung menekankan pentingnya mendorong pengembangan pangan lokal. Hal ini penting mengingat pandemi ini memaksa setiap negara untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan cenderung menahan ekspor produk pangannya.
"Sumber karbohidrat misalnya, tidak hanya beras, itu banyak, jadi lupakan pangan impor, konsumsi produk pangan lokal kita, produksinya kita tingkatkan,” kata Agung.