Sukses Bangun Destinasi Taman Bunga, Begini Lika-liku Perjalanan Reynaldi

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, GOWA -- Reynaldi tak lagi pusing mencari lowongan pekerjaan. Taman bunganya sudah menghasilkan. Omzetnya bisa mencapai puluhan juta per bulan.

Sabtu siang, 6 Juni 2020, kemarin, pengunjung semakin ramai mendatangi Destinasi Wisata Rainbow Garden miliknya. Lokasinya di Jalan Dato Panggentungan Selatan, Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Sekitar 20 orang datang menikmati keindahan taman bunga milik Naldi. Jumlah itu, kata dia, terbilang sedikit. Sebelum pendemi Covid-19 muncul, pengunjung yang datang selalu mencapai 100-an orang.

Berkatnya, Naldi berhasil meraup omzet puluhan juta setiap bulannya. "Tiga bulan pertama sebelum Covid-19, dapat Rp10-15 juta lebih. Setelah itu tutup. Sekarang ini baru mulai lagi. Rata-rata yang datang sekarang 20 sampai 30 orang," rincinya, sambil tersenyum.

Naldi yang memulai bisnisnya Agustus 2019, berhasil mengubah perekonomian keluarganya. Ia sudah memiliki mobil sendiri. "Syukur alhamdulillah hasilnya lumayan," tuturnya dengan nada suara kecil.

Ia menarik napas secara perlahan. Lalu diembuskannya dengan pelan. Menceritakan masa-masa awal mula bisnisnya perlu ketenangan. Ada masa pahit yang dilalui.

Empat tahun lalu, Naldi kuliah di Unhas. Mengambil jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian. Jangankan membayar biaya kuliah, membawa uang jajan saja jarang. Usaha jual beras dan pabrik padi orang tuanya, perlahan bangkrut. Utang bank menumpuk.

"Makanya saya terpikirkan untuk berjualan produk pertanian agar bisa membiayai kuliah saya sendiri. Dari hasil penelusuran, saya temukan tanaman hias. Uang jajan yang terkumpul Rp300 ribu saat itu, saya gunakan sebagai modal awal," kenangnya.

Dua minggu berjualan, langganannya sudah ada dua orang. Hingga puncaknya tiba. Langganannya sudah ada setiap hari. "Keuntungan saya lumayan. Dapat Rp2 juta per bulan. Saya sudah bisa biayai hidup sendiri. Saya senang bisa dapat uang sendiri," bebernya.

Usaha jualan tanaman hiasnya dikembangkan. Ia mulai memproduksi bibit tanaman hias sendiri. "Bibit inilah yang menguntungkan sekali. Sampai ide untuk membuat wisata taman bunga muncul pada 2018. Bahkan saat KKN di Malino, saya terus berusaha mencari lahan," ungkapnya lagi.

Tetapi di Malino, sangat sulit menemukan lahan. Warga di sana lebih banyak menanam sayuran. Makanya, ia memantapkan niatnya untuk mengubah lahan persawahan kecil milik orang tuanya menjadi taman bunga.

Dua jenis bibit bunga, didatangkan dari Jawa dan Sumatra. Bunga berwarna merah dan kuning namanya, selosia. Sementara yang berwarna ungu dan putih, namanya gomprena. "Bibit pertama itu banyak mati. Saya harus beli ulang," tuturnya, sambil melihat taman bunganya.

Berkali-kali gagal, tidak membuatnya patah semangat. Ia terus mencoba. Sampai bunganya tumbuh subur setelah tiga bulan kemudian. "Modal uang saya tidak ada sama sekali. Teman kuliah kumpulkan uang untuk modal investasi. Saat itu empat juta. Alhamdulillah berhasil. Modalnya sudah kembali sebulan saja," ujar anak ketujuh dari delapan bersaudara itu.

Ibu Naldi, Nia dan Ayahnya Massere kebetulan sedang di taman bunga kamarin. Ayah Naldi yang menerima uang setiap pengunjung. Begitulah setiap harinya. "Saya senang sekali, Nak. Bangga sekali," kata Nia, meneteskan air mata. (RUDIANSYAH/FAJAR)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan