FAJAR.CO.ID, SURABAYA -- Satu tenaga medis kembali menjadi korban Covid-19. Dokter Miftah Fawzy Sarengat yang tengah menjalani program pendidikan dokter spesialis (PPDS) penyakit dalam di RSUD dr Soetomo meninggal dunia pukul 06.30 kemarin (10/6) di ICU RSUD dr Soetomo pada usia 34 tahun.
Para dokter dan perawat serta jajaran pejabat Unair yang merupakan tempat belajar dokter asal Magetan itu memberikan penghormatan terakhir di gerbang RS dan Kampus A FK Unair. Momen tersebut disiarkan langsung lewat Zoom. Jatah seribu peserta di Zoom dipenuhi para nakes di seluruh Indonesia. Berbagai ucapan belasungkawa pun mengiringi keberangkatan ambulans yang membawa almarhum ke kampung halamannya untuk dimakamkan.
Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan Hubungan Masyarakat (Humas) RSUD dr Soetomo dr Pesta Parulian SpAn mengatakan, seminggu sebelum masuk RSUD dr Soetomo, dokter Miftah mengalami demam dan batuk-batuk.
Saat itu, dia berobat di Rumah Sakit Husada Utama (RSHU) karena kebetulan istrinya bekerja di sana.
Namun, napasnya makin sesak ditambah berat badannya di atas 100 kilogram. ’’Karena dokter Miftah ini anak didik PPDS di RSUD dr Soetomo, kami dan keluarga beliau sepakat untuk diambil alih ke RSUD dr Soetomo,’’ katanya.
Setelah dipindahkan ke RSUD dr Soetomo, dr Miftah masuk IGD (instalasi gawat darurat) dengan pemeriksaan tambahan untuk penegakan diagnosis. Dari hasil tes swab yang dilakukan, diketahui dr Miftah positif Covid-19. ’’Sampai pasien tiba di RSUD dr Soetomo hingga meninggal, kondisinya memburuk. Iya karena ada komorbid obesitas juga,’’ ujarnya.
Ketua Senat Unair Prof Djoko Santoso SpPD-KGH FINASIM mengatakan, Miftah adalah dokter PPDS senior. Dia masuk pada 2015. Dalam pendidikan profesi, para dokter tersebut harus bersentuhan langsung dengan pasien supaya bisa mendapatkan kompetensi.
Djoko menambahkan, karena levelnya calon ahli penyakit dalam, dia berkecimpung di pelayanan penyakit dalam. Apalagi pandemi Covid-19 juga masuk ranah penyakit dalam. ’’Hampir seluruh dokter terlibat dalam penanganan kasus-kasus Covid-19. Bergantung kasusnya terkait apa. Dokter Miftah ini juga berkecimpung di pelayanan penyakit dalam,’’ ujarnya.
Pendidikan profesi dan dokter umum, lanjut dia, adalah pejuang di garda terdepan selama pandemi Covid-19. Ketidakjelasan pandemi tersebut menjadi tugas berat, termasuk bagi dokter yang sedang belajar. ’’Kami menyadari risiko atas penyakit tersebut. Namun, karena sesuai dengan sumpah kita harus pantang menyerah. Tentu dengan kewaspadaan diri dengan APD (alat pelindung diri) lengkap dan menjaga kesehatan,’’ kata dia.
Istri dr Miftah tak bisa mengantar belahan jiwanya itu ke peristirahatan terakhir. Perempuan yang juga seorang dokter tersebut tengah dirawat di RSUD dr Soetomo karena juga terkena Covid-19.
Tetap Waspada meski Masa Transisi
Rencana penandatanganan pakta integritas antara Pemkot Surabaya, Pemkab Sidoarjo, dan Pemkab Gresik yang seharusnya dilakukan kemarin ternyata ditunda. Belum ada penjelasan resmi tentang alasan penundaan.
Namun, sumber Jawa Pos menyebutkan bahwa tiga daerah itu belum menyelesaikan peraturan bupati (perbup) dan peraturan wali kota (perwali) yang akan mengatur masa transisi. Perbup dan perwali itu akan menjadi pegangan setelah PSBB tidak diperpanjang.
Meski demikian, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan bahwa penandatanganan pakta integritas dilaksanakan hari ini. Khofifah juga mengungkapkan kondisi epidemiologi wilayah Surabaya Raya. Menurut dia, berdasar hasil kajian beberapa pakar, kawasan Surabaya Raya sebenarnya belum aman dari penularan Covid-19. Namun, kondisi sosial dan ekonomi menjadi pertimbangan PSBB tidak dilanjutkan. ’’Masing-masing daerah sudah sepakat, selanjutnya penguatan disiplin dan standar protokol kesehatan di masyarakat,’’ ucapnya.
Perbup dan perwali akan menjadi dasar untuk penegakan disiplin di masa transisi menuju new normal. Masyarakat tetap diminta waspada serta menerapkan standar protokol kesehatan secara maksimal.
Hasil kajian epidemiologi sempat disampaikan ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Dr Windhu Purnomo saat rapat evaluasi. Dia menjelaskan bahwa angka penularan Covid-19 di Surabaya Raya masih di atas 1. Artinya, tingkat penularan virus masih tinggi. Attack rate Covid-19 atau jumlah penderita per 100 ribu penduduk di Surabaya Raya juga masih tinggi. Bahkan, khusus Kota Surabaya, angkanya mencapai 94,1. Lebih tinggi daripada Jakarta. (jpc/fajar)