FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian Pertanian terus fokus mengembangkan buah-buahan strategis. Terutama komoditas yang bernilai tinggi seperti jeruk, mangga, manggis, pisang, durian,nenas, lengkeng, salak, alpukat dan buah naga.
Di sisi lain, permasalahan yang sering dihadapi adalah keterbatasan lahan yang dimiliki oleh petani.
Berbagai upaya telah dilakukan Kementan untuk mengantisipasi permasalahan tersebut. Di antaranya adalah pemanfaatan lahan kehutanan dan perkebunan dengan menggunakan sistem penanaman tumpangsari (polikultur).
Cara cerdas inilah yang dilakukan Amdi Suib di Nagari Muarobodi, Kecamatan IV Nagaring, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Amdi mengadopsi sistem tanam ganda atau polikultur.
Amdi memulai pola tanam polikultur manggis dan karet pada tahun 2007 dengan luas lahan empat hektar. Manggis yang ditanam adalah varietas Ratu Kamang, khas Sumatera Barat.
Amdi mengatakan bahwa ia melihat ada potensi lahan di hutan karet yang sudah tidak produktif.
“Saya mulai menanam manggis di sela-sela pohon karet tersebut dengan jarak antar tanaman manggis 10x10 m atau 10x8 m dan jarak antara karet dan manggis sebesar 2 meter," kata Amdi melalui keterangan saat dihubungi melalui sambungan telefon, Rabu (10/6).
Setelah umur pohon manggis berusia 2,5 tahun, pohon karet di sekitar manggis mulai ditebangi. Rata-rata per tahun pihaknya dapat memanen hingga 3,5 ton manggis dari 14 batang pohon manggis. Sedangkan 10 batang yang lain belum menghasilkan.
“Sekali panen bisa mendapatkan keuntungan mencapai 52 juta dengan harga jual 15ribu/kg. Sedangkan hasil dari pohon karet hanya 500-700ribu/ minggu,” bebernya senang.