Dokter Tirta tertantang ikut menekan penyebaran Covid-19 di Sulsel. Setiap dua pekan dia akan berada di Makassar.
FAJAR.CO.ID -- Pemilik nama asli, dr Tirta Mandira Hudhi tersebut akan bersama-sama Relawan Milenial yang digagas Mantan Ketua Umum PB HMI, Arief Rosyid. Relawan ini masih dalam satu garis komando dengan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19.
Dokter Tirta diajak masuk Makassar dengan harapan, tampil di garda terdepan melawan sentimen negatif penanganan korona yang bertebaran di media sosial (medsos). Pengalaman dr Tirta dalam mengelola isu di medsos akan jadi senjatanya. Khususnya buzzer yang mengarah pada hoaks, propaganda, dan konten negatif lainnya seputar korona.
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) ini yang menyelesaikan studinya pada 2013 tersebut mengaku siap berkontribusi untuk Sulsel. Bagi dia, media sosial harus disejukkan. Kemudian, warga dipagari dari pengaruh konten provokasi. Cara ini menurutnya akan membawa warga pada suasana saling berangkulan untuk mengendalikan wabah ini.
Menurutnya, medsos yang paling besar pengaruhnya adalah grup Whatsapp. Facebook, kata dia, memang ada sumbangsihnya. Tetapi yang terjadi sesungguhnya adalah, informasi di Facebook disalin ke Grup Whatsapp, lalu dibumbui, dan itulah yang viral. Maka, basis paling penting adalah Whatsapp. Cara kerja buzzer juga memanfaatkan itu.
"Saya 2012, jujur saja bersama-sama pak Jokowi (Pilkada DKI Jakarta) mengelola media sosial. Jadi saya tahu bagaimana kerja bazzer," ucapnya di Redaksi Harian FAJAR, Selasa, 16 Juni.
Soal mengedukasi masyarakat, dr Tirta mengatakan, sudah lama dia geluti. Bahkan sebelum dia dikenal media, dia sudah menekuninya. Sebab, dia baru dikenal publik saat diundang Andi F Noya untuk tampil pada sebuah program televisi. Waktu itu, Andi F Noya tertarik dengan aksi dr Tirta yang terjun ke dunia usaha dan mempekerjakan anak jalanan, anak putus sekolah dan anak-anak kurang mampu.
Tetapi, pada gilirannya, dia terus concern terkait isu publik. Itu sebabnya, dia dikenal cukup kontroversial. "Tetapi itulah dunia sekarang, yang kontroversial itu yang disenangi. Maka, bagaimana saya berbuat hal positif," kata pemilik 1,7 juta followers instagram ini.
Khusus Makassar, menurut dia, punya karakter berbeda. Dengan begitu, jika biasanya, dia cukup frontal dalam menyampaikan gagasan, mungkin akan ada gaya baru yang dipakai. Intinya, bagaimana edukasi tentang Covid-19 harus digelorakan di Kota Daeng.
Pria yang besar di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah ini menyebut, pola pendekatan "Bahagia Bersama" dalam melawan stigma negatif penanggulangan korona. Apalagi, isu yang ada di Makassar sama saja dengan daerah lainnya di Indonesia. Yakni Covid-19 adalah proyek, satu pasien Rp15 juta, dan isu wabah Covid-19 itu tidak ada.
Maka, pendekatan yang tepat, kata dia, adalah bagaimana menampilkan konten atau informasi yang menggambarkan kebahagiaan. Bukan, informasi menakutkan. Sebab, informasi seperti itu, justru akan membuat masyarakat antipati. Apalagi, di Makassar, kasus-kasus heboh, bisa saja, bukannya dihindari, malah didatangi.
Dengan begitu, perlu cara yang tepat mendekati masyarakat. Terlebih ada sebagian masyarakat, yang memang sulit diedukasi lagi. Jangan sampai seolah-olah rakyat melawan tenaga kesehatan (nakes). Padahal, nakes itu justru sedang memperjuangkan masyarakat.
"Jadi yang diposting, yang nyantai saja. Tetapi menceritakan banyak hal tentang bagaimana harusnya menyikapi korona," ucap pria kelahiran Surakarta, 30 Juli 1991 ini.
Sementara itu, Mantan Ketua Umum PB HMI, Arief Rosyid yang diminta Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 untuk membantu menekan wabah ini di Susel mengatakan, sengaja mengajak dr Tirta untuk terlibat dengan harapan bisa mewarnai diskursus Covid-19 di medsos. Khususnya di Makassar.
Selain itu, tim Relawan Milenial akan memaksimalkan mendekati semua sektor. Termasuk ke pasar-pasar untuk mengedukasi masyarakat, membagikan masker dan sebagainya. "Awalnya, kami bergerak dari masjid, tetapi Pak JK (Jusuf Kalla) meminta saya bergerak di Makassar," jelasnya. (*)
Laporan: M. ARMAN K. SEWANG