Pertama, lakukan pemangkasan ranting atau cabang pohon yang tidak produktif yang bisa dijadikan tempat singgah kelelawar.
Kedua, bungkus buah dengan brongsong plastik yang diberi lubang-lubang kecil atau menggunakan anyaman bambu, kain kasa, atau paranet.
"Pembungkusan ini dapat melindungi buah dari jangkauan kelelawar," jelas Sri.
Langkah ketiga upayakan pengalihan aroma dengan bahan lain yang lebih tajam, seperti terasi atau ikan asin yang disebar di sekitar pertanaman lengkeng. Selain itu, gunakan belerang yang juga tidak disukai kelelawar karena memiliki aroma menyengat.
Keempat, gunakan lampu penerang. Kelelawar merupakan binatang nocturnal (aktif pada malam hari) dan tidak menyukai kondisi yang terang.
"Pemberian lampu penerangan yang secara ekstra bertujuan untuk mengganggu kenyamanan kelelawar," ungkap dia.
Kelima, lanjut Sri, pasang jaring jebakan yang diikatkan pada sebilah bambu dan dipasang di sekitar kebun lengkeng.
"Terakhir, manfaatkan suara ultrasonic guna mengganggu navigasi kelelawar. Suara ini mampumembuat kelelawar tidak nyaman berada di sekitar pertanaman lengkeng," sebut dia.
Dalam kesempatan itu, Sri optimis dengan masa depan komoditas kelengkreng. Walaupun saat pandemi, petani tetap bertanam dan berjasa untuk menjamin kebutuhan pangan negeri ini.
"Lengkeng adalah komoditas yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Banyaknya pengembangan budi daya lengkeng saat ini menjadi kesempatan bagi kita untuk mengelola penanamannya secara ramah lingkungan," pungkas Sri. (rls)