Meski mendorong guru menjadi Teacherpreneurships, namun Sandi mengingatkan agar para guru dalam mengajar peserta didik memasukan nilai-nilai kearifan lokal atau adat budaya milik bangsa.
“Sudah saatnya para guru harus menulis kurikulum berdasarkan cultural agility atau kearifan lokal, meneliti filosofi pendidikan bangsa kita gotong royong, saling peduli,” katanya.
Dia mencontohkan, saat ini Indonesia tengah menghadapi pandemi Covid-19 ini, peserta didik harus diajarkan berempati kepada sesama. Jangan sampai ada tetatanga yang tidak tersentuh bantuan.
“Nah, ini mendidik anak-anak kita dan mendidik guru guru lain juga sebagai techerpreneurs dan ini adalah acara kita untuk mereformasi kebijakan pendidikan yang formal,” tukasnya. (jpc)