FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Keputusan Golkar bergabung dengan PAN mengusung Irman Yasin Limpo (None) di Pilwalkot Makassar diprediksi bisa mengubah peta politik. Moh Ramdhan Pomanto (Danny) berpotensi terkena imbasnya.
Kedekatan klan Yasin Limpo dengan Nasdem dianggap bisa menempatkan Danny di posisi yang tidak menguntungkan. Apalagi, sampai saat ini, baru usungan Nasdem yang dikantongi Danny. Jika Danny tidak mampu mencukupkan dukungan, maka Nasdem akan mengambil langkah realistis. Salah satunya berbelok arah mendukung None.
Penilaian ini disampaikan Pengamat Politik Unhas, Adi Suryadi Culla. Menurutnya, ada potensi Danny ditempatkan dalam posisi yang rumit hingga pada akhirnya terdepak dari persaingan.
Dukungan yang tidak memenuhi syarat minimal yakni 10 kursi di parlemen, kata Adi Culla, akan menjadi jalan Nasdem angkat kaki.
"Alasannya simple. Nasdem tidak akan jadi penonton saat Danny tak bisa mencukupkan dukungan partai. Ini skenario yang bisa terjadi," jelasnya.
Dosen Fisip Unhas ini pun menegaskan, ada banyak faktor yang bisa memperkuat skenario tersebut. Salah satunya, kedekatan secara emosional antara None dan Ketua DPP OKK Nasdem, Rusdi Masse. Lalu Syahrul Yasin Limpo, saat ini duduk di elite DPP Nasdem dan menjadi perwakilan partai besutan Surya Paloh tersebut di Kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
"Tidak ada musuh atau kawan abadi. Manuver dan skenario apapun bisa terjadi. Politik itu kepentingan, segala cara bisa dilakukan," ungkapnya menyikapi peluang None bertarung di Pilwalkot Makassar pasca Golkar merapat.
Sementara itu, Pengamat Politik UIN Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad menyebut ada yang unik dengan keputusan Golkar mengusung None. Menurutnya, ini memberi pembenaran bahwa memang tak ada yang abadi dalam politik. Diketahui selama ini klan Nurdin Halid dan Syahrul Yasin Limpo kerap berhadap-hadapan dalam berbagai agenda politik.
Pada Pilwalkot Makassar 2013 misalnya, klan SYL dan NH pecah meski saat itu, SYL adalah Ketua DPD I Golkar Sulsel dan NH adalah Ketua DPP Partai Golkar. None maju berpasangan dengan Busrah Abdullah yang diusung PPP dan PAN. Sedangkan Nurdin Halid mendorong Supomo Guntur berpasangan dengan Kadir Halid. Keduanya juga beda jalan di Pilgub 2018 lalu.
"Politik itu dinamis, tidak ada musuh atau kawan abadi. Kepentingan pantai bisa mengalahkan semua. Termasuk pertentangan pribadi," kata Firdaus.
Dia juga mengatakan, keputusan Golkar mengusung None karena Nurdin Halid mempersiapkan generasinya. Salah satunya adalah putra Nurdin Halid, Zunnun. Dimana awalnya, Zunnun akan diduetkan dengan Danny Pomanto, namun Danny memilih mengutamakan Nasdem dan meninggalkan Golkar.
Menurut Firdaus, langkah Golkar membangun regenerasi adalah sesuatu yang baik. "Saat ini kan, kader tidak memiliki kekuatan cukup besar. Sehingga harus mencari orang luar yang ditarik jadi kader. Ini yang sedang dibenahi Golkar," sebutnya.
Ketua DPD II Golkar Makassar, Farouk M Betta alias Aru menyambut baik keputusan DPP dan DPD I Golkar. Dia pun mengimbau kader dan simpatisan DPD II Golkar Makassar untuk bergerak bersama memenangkan calon wali kota Makassar pilihan Golkar. "DPP sudah mengambil keputusan berdasarkan perkembangan dan dinamika politik yang berkembang. Pak Irman sudah dipilih," jelas Aru.
Mantan ketua DPRD kota Makassar itu berpandangan, saatnya Golkar memperlihatkan jati di sebagai partai besar. Partai yang diperhitungkan dengan mengkonsolidasi struktur partai mulai dari kota hingga ke pokkar dan saksi-saksi. "Dan seluruh lembaga yang melahirkan dan dilahirkan bersatu dan solid kepada keputusan partai," jelasnya.
Menurutnya, Makassar memang sangat membutuhkan calon pemimpin dan sosok pemimpin yang konsisten agar bisa menghargai keputusan partai. Dan dia meyakini konsistensi itu, ada pada diri sosok None. "Insya Allah itu ada sama bapak Irman Yasin Limpo, untuk itu saya serukan kepada kader Golkar mari kita bersatu," tutup Aru.

PAN Rembukkan Wakil
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Sulsel langsung merespons sikap Golkar pada None yang secara otomatis menggenapkan syarat usungan minimal 10 kursi di DPRD Makassar. Masuknya Golkar memuluskan keinginan PAN yang sejak awal konsisten mendorong None menjadi kosong satu di Makassar.
Ketua DPW PAN Sulsel, Ashabul Kahfi mengatakan, pembicaraan sudah dilakukan yang akan dilanjutkan untuk berembuk di posisi bakal calon Wakil Wali Kota Makassar, pendamping None. Menurutntya, dalam dua atau tiga hari ke depan akan dirampungkan siapa yang akan duduk di posisi kosong dua.
"Dukungan kan sudah cukup. Sekarang kami sisa, pikirkan siapa wakilnya. Kami dan Golkar akan duduk bersama None memutuskan, siapa yang tepat. Karena intinya, kami mau menang," sebut Kahfi.
Kahfi menolak untuk memastikan apakah calon wakil yang dimaksud adalah Zunnun Nurdin Halid. Meskipun, informasi dari internal Golkar, paket None-Zunnun hampir pasti tidak akan berubah. "Kita masih akan bicarakan yah. Saya kira dua hari cukuplah, kita selesaikan ini," jelasnya.
Adapun, Ketua DPD PAN Kota Makassar, Hamzah Hamid menyambut baik sikap Partai Golkar mengusung Irman Yasin Limpo pada Pilwalkot Makassar. Meski begitu, dia juga menegaskan, PAN Makassar masih harus membicarakan kembali ke None untuk penentuan siapa menjadi wakilnya.
"Selaku partai yang pertama mengusung Pak None, kami ada kesepakatan dari awal bahwa jika partai sudah cukup, PAN akan ikut dilibatkan penentuan wakil," jelasnya.
Jubir DPD I Golkar Sulsel, M Risman Pasigai menuturkan, Golkar tidak memaksakan satu nama untuk berdamping dengan None. Malah menurutnya, Golkar menyerahkan sepenuhnya kepada None untuk memilih dan menentukan calon pendampingnya.
"Kalau ada nama yang didorong Golkar, saya belum tahu. Namun pastinya kita serahkan ke beliau (None) untuk memilih," ungkapnya kepada FAJAR, Selasa, 30 Juni.
Sekalipun, kata dia, pasti akan dibicarakan bersama. Baik dengan mitra koalisi maupun dengan None. Partai tidak boleh memaksakan kehendak. Apalagi mendikte calon. "Semua mesti dibicarakan, saling menghormati. Sehingga tidak ada dusta di antara kami," benernya. (taq-fik-edo/arm-abg)