FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, belum lama ini mengungkapkan, pembelajaran jarak jauh bisa diterapkan permanen setelah pandemi Covid-19 selesai.
Hal itu berdasarkan penilaian Kemendikbud terkait kegiatan belajar dengan memanfaatkan teknologi di zaman modern saat ini.
Nadiem menilai, pemanfaatan teknologi memberi kesempatan kepada sekolah melakukan berbagai modeling kegiatan belajar.
Kendati demikian, kebijakan tersebut tampaknya tidak diterima dan ditolak banyak pihak. Penolakan tegas salah satunya datang dari Ikatan Guru Indonesia (IGI).
Ketua Umum IGI Pusat, Muhammad Ramli Rahim, mengatakan, dengan penerapan proses pembelajaran jarak jauh yang sepenuhnya dilakukan secara permanen justru menghilangkan peran tenaga pendidik.
"Kalau sepenuhnya pembelajaran jarak jauh dan tidak ada tatap muka kami menolak. Kami tidak setuju kalau ini murni 100 persen tanpa tatap muka," tegasnya, saat dikonfirmasi, Jumat (10/7/2020).
Jauh sebelum adanya pandemi, Ramli Rahim membeberkan, beberapa tenaga pendidik, khususnya IGI telah menerapkan proses belajar mengajar secara online. Hanya saja, proses pembelajaran tersebut dilakukan dalam bentuk blended learning atau pembelajaran campuran.
"Jadi belajar tatap muka digabung sama online kemudian ada juga pembelajaran yang memang tatap muka tapi dibikin lebih menarik misalnya gabung dengan komik, video, video scrip, gabung dengan game, dan itu sudah lama kita kerjakan di IGI sudah 5 tahunan," beber Ramli.
Meski menggunakan pembelajaran jarak jauh dalam bentuk blended learning, ia berharap konsep yang diberikan harus jelas dan tertata. Jangan sampai, kata dia, hanya diarahkan ke startup seperti ruang guru dan beberapa aplikasi pembelajaran lainnya.