Covid-19: Siapa yang Memulai Peperangan?

  • Bagikan

Oleh: Andi Arfan Sabran

(Dosen dan Peneliti Genetika Molekuler Departemen Biologi FMIPA Unhas)

New normal, sebuah gagasan tatanan kehidupan normal manusia yang baru pasca pandemi Covid-19, kini mulai digaungkan di sana-sini. WHO pun sudah mengingatkan bahwa Covid-19 tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini. Kita pun diminta untuk berdamai dengan virus ini. Tapi apakah kita memang sedang berperang sehingga harus berdamai? Jika iya, siapa yang memulai peperangan? Mari kita mencoba berandai-andai, jika akhirnya berdamai adalah jalan satu-satunya.

Hidup berdampingan dengan virus dan bakteri mematikan sebenarnya bukanlah hal baru dalam kehidupan kita. Di Indonesia, setiap jam, sebelas orang meninggal karena Tuberculosis (TBC) yang disebabkan oleh bakteri Micobactorium tuberculosis. Begitupun dengan virus Hepatitis, sekitar 2,9 juta penduduk Indonesia tercatat mengidap hepatitis. Demam Berdarah Dengue (DBD) pun begitu, hampir setiap tahun penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue ini mewabah dan merenggut puluhan nyawa. Bahkan kabarnya, di awal tahun 2020, masa yang hampir sama dengan mewabahnya virus Covid-19, lebih dari 250 orang meninggal karena DBD. Demikian halnya dengan malaria, tifus, cacar, dan campak.

Entah sadar atau tidak, kita telah berabad-abad lamanya hidup berdampingan dengan mereka. Bagaimana dengan Covid-19? Siapkah kita hidup berdampingan dengan mereka? Tentu tidak mudah mengatakan bahwa hidup berdampingan dengan virus ini adalah jalan yang terbaik.

Tapi sebelum ketakutan itu merebak, mari kita coba kembali menelisik ke tahun 2019, tahun lahirnya Covid-19 ini. Pada tahun 2019, hampir setiap waktu kita disuguhi berita menyedihkan tentang kerusakan lingkungan. Tahun 2019 adalah tahun kebakaran bumi. Hutan di Amazon, Australia, Califronia, Rusia, Indonesia, dan jutaan hektar hutan lainnya di seluruh dunia terbakar. Tahun 2019 pun dikenal sebagai puncak polusi sampah plastik. Menurut data UN Environtment, setiap tahun kita menghasilkan sekitar 300 juta ton sampah plastik di seluruh dunia. Sementara itu, kita pun terus mengotori bumi dengan pencemaran limbah kimia, polusi udara dan segala kerusakan alam lainnya. Bisa dikatakan, tahun 2019 adalah tahun kelam bumi yang disebabkan oleh ulah manusia. Suhu bumi pun terus meningkat, lubang ozon terus melebar, dan pemanasan global akhirnya tak dapat kita kendalikan lagi.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan