“Bagian selatan (Gunung Lero) yang mengarah ke Kota Masamba itu terkelupas (gundul). Kalau itu sudah lama, biasanya pasti kita bisa melihat ada tutupan sebagian dengan tanaman perdu, tanaman merambat misalnya. Tetapi tadi kita perhatikan dari jarak jauh (dari atas), itu belum ada tutupan, artinya masih baru,” jelas Doni.
Melihat adanya fenomena tersebut, Doni meminta kepada tim BNPB dibantu dengan beberapa kementerian dan lembaga agar melakukan analisa lebih jauh sehingga langkah-langkah penanganan dan solusi segera dapat diambil.
“Apakah ini kejadian akibat curah hujan saja, tentu tim BNPB yang sudah ditugaskan beberapa hari yang lalu tentunya dengan tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan juga beberapa lembaga yang lain kerja sama, untuk kemudian melakukan analisa sehingga dapat menjawab apa yang menjadi penyebab utama,” jelas Doni.
Kemudian faktor yang terakhir adalah karakteristik bebatuan yang mudah longsor di wilayah hulu dataran tinggi, ditambah lokasi tersebut merupakan pertemuan beberapa sesar aktif. Di sisi lain, kemiringan lereng di bagian hulu DAS Balease di wilayah Gunung Lero juga tergolong curam dengan tingkat elevasi 60 hingga hampir mendekati 90 derajat.
“Ini menjadi catatan bagi kita semua, khususnya Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, agar daerah-daerah yang berada di wilayah kawasan bantaran sungai terutama yang padat permukiman penduduk, sudah harus dipikirkan mitigasinya ke depan. Supaya kasus seperti ini tidak terulang kembali dan kemudian hari tidak menimbulkan korban jiwa seperti ini,” kata Doni.