FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Seminggu lebih pasca banjir bandang melanda Luwu Utara. Warga korban banjir mulai kembali ke rumah. Seperti di Radda. Tetapi, banyak warga tidak bisa lagi masuk melalui pintu. Caranya menjebol dinding rumah.
Barang-barang berharga lebih dahulu dicari. Salah satunya ijazah dan dokumen lainnya yang masih utuh. Kemudian, barang lainnya seperti perabot rumah tangga dan motor.
Adapun mobil yang tertimbun longsor masih dibiarkan. Jalan nasional di Radda juga sudah tembus. Tetapi, hanya dibuka untuk distribusi bantuan.
Kemarin siang, ditutup lagi. Air masih setinggi lutut orang dewasa. Mobil truk masih mondar mandir mengangkut material lumpur. Alat berat masih membersihkan lumpur di jalan nasional setinggi satu meter.
Jalan menuju Desa Meli juga mulai dibersihkan menggunakan eskavator. Agar memudahkan pencarian korban hilang. "Hanya ini yang bisa kami selamatkan," kata Lina, salah satu korban banjir kepada FAJAR, Minggu (19/7/2020).
Korban banjir yang juga Kabag Administrasi Pembangunan Pemkab Luwu Utara, Halid Harbi hanya bisa pasrah melihat rumahnya tertimbun lumpur sekira semeter.
Mobil warna hitamnya juga tertimbun lumpur. "Saya pusing lihat lumpur mulai dari halaman sampai dalam rumah," katanya.
Sementara itu, kesulitan air bersih di pengungsian masih dicarikan solusi. Polres Luwu Utara membangun satu unit sumur bor. Sumur bor ini berada di Posko Induk TNI dan Polri, Panampung.
"Sumur bor ini bisa mengatasi kesulitan air bersih pengungsi yang ada di Panampung," kata Kapolres Luwu Utara, AKBP Agung Danargito.
Kedepan, ia akan membuat sumur bor dua titik lagi. Ia juga akan mendirikan 12 tenda komando bagi pengungsi di Panampung. Lalu membangun dua unit tenda di Bone Tua. Empat tenda di daerah Meli.
Pendirian tenda lebih prioritas di daerah pegunungan Panampung karena jumlah pengungsinya lebih banyak. Mencapai 2.500-an orang.
"Kami ingin menghilangkan trauma akibat banjir bandang yang mereka alami. Sekaligus mengembalikan keceriaan mereka," jelasnya.(shd/abg)