Meski Sendirian, PDIP Tetap Percaya Diri di Pilwali Surabaya

  • Bagikan
Sejumlah kader PDI Perjuangan mengibarkan bendera partai PDIP saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I di Jakarta, Jumat (10/1/2020). Rakernas I partai berlambang kepala banteng dengan moncong putih pada tahun 2020 tersebut bertemakan "Solid Bergerak Wujudkan Indonesia Negara Industri Berbasis Riset dan Inovasi Nasional". Foto: Dery Ridwansah/ JawaPos.com

FAJAR.CO.ID,SURABAYA -- Perhelatan pilwali Surabaya Desember mendatang tampaknya bakal menjadi ujian yang cukup berat bagi PDIP. Delapan partai yang mengusung Machfud Arifin sebagai cawali Surabaya bakal ”mengeroyok” PDIP yang diperkirakan tanpa koalisi. Apalagi, PDIP ”kalah start” oleh Machfud Arifin dalam melakukan sosialisasi mengenai programnya.

Namun, bukan berarti kemudian PDIP pesimistis. Partai berlambang banteng moncong putih tersebut tetap percaya diri. Ketua DPC PDIP Adi Sutarwijono menjelaskan, Surabaya merupakan salah satu wilayah penting bagi PDIP. Ibu kota Jatim itu mendapatkan prioritas utama. Sebab, dalam tiga kali pergelaran pilwali, Kota Pahlawan menjadi kandang banteng. ”Sejak 2005, PDIP selalu menang,” ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya Senin (20/7).

Salah satu ujian terberat terjadi pada 2010. Ketika itu, PDIP nekat mengusung Kepala Bappeko Surabaya Tri Rismaharini yang relatif belum dikenal. Melawan empat pasangan calon lain dengan rival terberat Arif Afandi-Adies Kadir yang didukung partai pemenang pileg saat itu, Partai Demokrat, Partai Golkar, dan sejumlah aliansi parpol nonparlemen.

Dimulai sejak Bambang D.H. memimpin Surabaya, dasar pembangunan diletakkan. Berlanjut ke kepemimpinan Tri Rismaharini. Pembangunan Surabaya semakin cepat. ”Kota ini menjadi sangat manusiawi,” jelasnya.

Karena sudah berkuasa sejak tiga periode, tentunya PDIP tidak mau melepaskan begitu saja tongkat kepemimpinan. Partai berlambang banteng moncong putih itu memasang target tinggi. Memenangkan pilwali.

Sejumlah strategi disusun. Di antaranya, membentuk kepengurusan anak ranting dan PAC. Adi mengklaim, PDIP merupakan satu-satunya partai yang memiliki pengurus paling banyak di Surabaya. ”Tersebar di 1.400-an RW. Kami benar-benar fokus untuk melakukan konsolidasi ke bawah,” ucapnya.

Struktur pemenangan pemilu pun sudah berdiri. PDIP membentuk badan pemenangan pemilu (bappilu). Tugasnya berfokus memenangkan calon yang memperoleh rekomendasi DPP PDIP.

Strategi lain adalah memanfaatkan figur partai. Adi mengatakan, PDIP memiliki tokoh-tokoh besar. Salah satunya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Dia optimistis Risma mampu mendulang suara besar. Menggaet pemilih Surabaya. Selain itu, peran anggota dewan sangat penting. Menurut Adi, dalam pileg lalu, seluruh dapil dikuasai PDIP. ”Calon PDIP jadi peraih suara terbanyak,” tegasnya.

Jauh-jauh hari, sebelum pandemi, tokoh-tokoh tersebut turun ke sejumlah wilayah. Mencari simpati dan dukungan. Selama korona merebak, intensitas bukannya menurun. Justru semakin tinggi. Program baksos dan pembagian sembako terus berjalan.

Lantas, kapan rekomendasi turun? Menurut Adi, rekomendasi merupakan kewenangan DPP PDIP. Dia yakin partai sudah menentukan pilihan. ”Tinggal menunggu momen yang tepat,” jelasnya. Meski rekomendasi turun pada detik-detik akhir menjelang pendaftaran pilwali, dia optimistis PDIP bakal menang. Pasalnya, mesin partai sudah solid. ”Kami terus bekerja. Tak pernah berhenti,” ujarnya. (JPC)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan