Survei online berskala nasional ini terdiri dari 32 pertanyaan terkait karakteristik responden, modifikasi praktik gastroenterologi, modifikasi praktik endoskopi gastrointestinal, identifikasi risiko pada dokter, manajemen Covid-19 yang dilakukan responden, dan dampak terjadinya pandemi pada praktik professional responden. Data yang diperoleh dari survei tersebut kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
Kasus-kasus yang ditangani selama pandemi dengan endoskopi saluran cerna atas dengan indikasi gejala saluran cerna adah sebanyak 60,5 persen. Perdarahan baik atas maupun bawah dikerjakan oleh 73,5 persen tenaga kesehatan.
APD Tenaga Kesehatan Sangat Vital
Selama melakukan tindakan endoskopi saluran cerna, para dokter menggunakan masker N-95. Sedangkan untuk endoskopi saluran cerna bawah, 33 persen tenaga kesehatan yang menggunakan coverall dan hanya 52 persen yang menggunakan masker N-95. Padahal resiko penularan sama antara saluran cerna atas dan bawah.
Rentan Tertular
Pada penelitian ini juga menemukan bahwa 15 dari 200 responden (tenaga kesehatan) bisa menjadi suspek atau terkonfirmasi positif Covid-19. Sebagian besar dari responden 86 persen bekerja di tempat yang berdampak bencana dan 34 persen dari respoden merasa bahwa APDnya tidak adekuat.
“Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dokter yang melakukan praktik gastroenterologi klinis dan endoskopi gastrointestinal berada pada lingkup kerja yang berisiko tinggi. Perlu perhatian agar para dokter yang bekerja di poli dan ruang endoskopi ini juga dilengkapi APD yang sesuai,” papar Ari. (JPC)