FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit Covid-19 yang awalnya menyerang paru ternyata sudah terbukti bisa menyerang organ lain termasuk sistem saluran pencernaan.
Caranya menular dari satu orang ke orang lain yang tadinya diketahui melalui droplet dan kontak ternyata bisa menular secara aerosol dan airborne.
Karena penularan secara aerosol maka tindakan endoskopi saluran cerna merupakan tindakan yang berisiko tinggi untuk terjadinya penularan. Para tenaga medis ikut berisiko tertular saat menangani pasien.
Oleh karena itu dilakukanlah penelitian tentang dampak pandemi global pada pelayanan kesehatan gastrointestinal di Indonesia. Untuk menjawab hal tersebut telah dilakukan penelitian pada Mei dan Juni 2020 melalui kuisioner mengenai praktik gastroenterologi klinis dan endoskopi gastrointestinal selama pandemi Covid-19 di Indonesia.
Penelitian ini dikerjakan oleh tim peneliti dr. Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein, SpPD (FK,Unswagati Cirebon), dr. Rabbinu Rangga Pribadi, SpPD (FKUI/RSCM), Uswatun Khasanah (FK,Unswagati Cirebon) , Dr. dr. Begawan Bestari, SPPD, K-GEH, MKes, FACG, FASGE, FINASIM (FK UNPAD/RS Hasan Sadikin), serta Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, FINASIM selaku Ketua Umum PB PEGI
Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI) serta Dekan FK UI.
“Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pandemi penyakit akibat Coronavirus (Covid-19) yang mendesak peningkatan keamanan pada pelayanan kesehatan baik untuk tenaga kesehatan dan pasien. Penelitian yang dilakukan meliputi tata cara praktik Gastroenterologi dan Endoskopi Gastrointestinal di era Covid-19,” kata Ari kepada JawaPos.com.
Survei online berskala nasional ini terdiri dari 32 pertanyaan terkait karakteristik responden, modifikasi praktik gastroenterologi, modifikasi praktik endoskopi gastrointestinal, identifikasi risiko pada dokter, manajemen Covid-19 yang dilakukan responden, dan dampak terjadinya pandemi pada praktik professional responden. Data yang diperoleh dari survei tersebut kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
Kasus-kasus yang ditangani selama pandemi dengan endoskopi saluran cerna atas dengan indikasi gejala saluran cerna adah sebanyak 60,5 persen. Perdarahan baik atas maupun bawah dikerjakan oleh 73,5 persen tenaga kesehatan.
APD Tenaga Kesehatan Sangat Vital
Selama melakukan tindakan endoskopi saluran cerna, para dokter menggunakan masker N-95. Sedangkan untuk endoskopi saluran cerna bawah, 33 persen tenaga kesehatan yang menggunakan coverall dan hanya 52 persen yang menggunakan masker N-95. Padahal resiko penularan sama antara saluran cerna atas dan bawah.
Rentan Tertular
Pada penelitian ini juga menemukan bahwa 15 dari 200 responden (tenaga kesehatan) bisa menjadi suspek atau terkonfirmasi positif Covid-19. Sebagian besar dari responden 86 persen bekerja di tempat yang berdampak bencana dan 34 persen dari respoden merasa bahwa APDnya tidak adekuat.
“Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dokter yang melakukan praktik gastroenterologi klinis dan endoskopi gastrointestinal berada pada lingkup kerja yang berisiko tinggi. Perlu perhatian agar para dokter yang bekerja di poli dan ruang endoskopi ini juga dilengkapi APD yang sesuai,” papar Ari. (JPC)