Doni Menengok Putaran Roda Zaman

  • Bagikan

Jumlah penduduk Hindia Belanda tahun-tahun itu, sekitar 35 juta jiwa. Dari jumlah itu, 13,3 persen meninggal karena Flu Spanyol. Itu artinya, lebih dari 4,6 juta nyawa meregang. “Karena itu saya berani mengatakan, kondisi waktu itu jauh lebih buruk,” tandas Doni.

Tak lupa Doni berpesan kepada jajarannya, “Kita yang bekerja di bidang penanganan covid harus mengetahui tentang peristiwa di masa lalu. Kita harus berani mengatakan Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa. Zaman dulu saja pernah merenggut jutaan manusia, bukan tidak mungkin Covid-19 juga merenggut nyawa yang tidak sedikit, jika tidak ditangani secara serius. Jika kita semua tidak menyikapinya secara sungguh-sungguh.”

Ciri-ciri Sama

Merujuk sumber otentik serta manuskrip tua berusia 102 tahun, tersebutlah adanya kemiripan ciri antara Flu Spanyol (Spaansche Griep) dan Covid-19.

Menanggapi epidemi itu, Prof Dr dr P. Ruitinga, profesor kedokteran Universitas Kota –ketika itu—mengatakan penyebabnya tidak benar-benar diketahui. Masyarakat di pedesaan, seperti di Tana Toraja, hanya dapat mengingat bahwa penyakit tersebut disebarkan “lewat angin”.

Tetapi wabah ini diyakini ditularkan dari orang ke orang melalui kontak. Istilah "kontak" ini kemudian harus ditafsirkan dalam arti yang lebih luas, yaitu penyakit ini ditularkan tidak hanya dengan sentuhan, tetapi juga melalui interaksi timbal balik, misalnya ketika berbicara dengan seseorang.

Droplet (cairan ludah/saliva) yang dikeluarkan saat berbicara dapat menularkan infeksi kepada mereka yang berbicara dengannya. Ada tanda-tanda bahwa orang sehat juga bisa menularkan penyakit (OTG).

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan