FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia akan melangsungkan Hari Kemerdekaan yang ke 75 tahun pada 17 Agustus mendatang. Namun, untuk kemerdekaan belajar sendiri, anak Indonesia belum menggapainya.
Maka dari itu, ini lah alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjalankan program Merdeka Belajar, yakni untuk memberikan kebebasan belajar.
“Jawabannya belum, kalau anak-anak kita sudah bisa disebut merdeka dalam belajar, ya kita tidak usah menciptakan suatu slogan atau kampanye dan filsafat Merdeka Belajar, kalau mereka sudah merdeka buat apa mengkampanyekan,” terang dia dalam telekonferensi pers, Jumat (14/8).
Bukan secara harfiah bebas, namun lebih banyak opsi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal itu bukan hanya untuk peserta didik, melainkan juga kepada guru hingga orang tua.
Bagi para murid, hal ini dilakukan untuk memerdekakan otak mereka agar dapat beradaptasi dengan dunia kerja. Di mana hal itu juga akan memerdekakan kesempatan ekonomi mereka setelah keluar dari sekolah.
Untuk guru, yakni untuk bisa menentukan apa yang terbaik bagi level kompetensi dan juga minat dari masing-masing anak didiknya. “Kemerdekaan institusi untuk berinovasi dan mencoba hal baru,” tambahnya.
Salah satu cara untuk mewujudkan kemerdekaan itu, kata Nadiem saat ini telah diimplementasikan. Salah satunya adalah perbanyak opsi pembelajaran yang sekarang bisa melalui online, televisi dan radio.
“Lalu kurikulum darurat yang bisa memerdekakan guru-guru, di mana sebelumnya mengejar tayang ini agar bisa fokus mendalam kepada (mata pelajaran) yang esensial, dana BOS pun kami merdekakan, yang sebelumnya di sekat, kita merdekakan agar bisa digunakan untuk pulsanya siswa, alat TIK dan persiapan protokol kesehatan,” jelasnya.