FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan, sebenarnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah lama memperkenalkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kepada para siswa dan mahasiswa di seluruh Indonesia.
“Kalau sekarang banyak masalah dan hambatan, berarti sistem yang dibangun tidak berjalan,” ujar Jazilul saat menjadi pembicara webinar dengan tema “Pembelajaran PJJ di Wilayah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T); Antara Harapan dan Kenyataan” Jakarta, (18/8).
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menuturkan, Kemendikbud sudah memperkenalkan PJJ melalui Universitas Terbuka (UT) dan Program Sistem Pendidikan Satelit (SISDIKSAT) sejak tahun 1980-an. Selain itu ada program Indonesia Cyber Education (ICE) dan Sistem Program Pembelajaran Daring (SPADA), Kemenristek Dikti, pada tahun 2017.
Menurut Jazilul, apabila sistem dan program PJJ berjalan dengan baik, maka penggunaan teknologi dalam pembelanjaran tidak akan rendah dalam pemakaian. Namun, faktanya dalam penggunaan teknologi untuk pembelajaran, angka partisipasi Indonesia terbilang rendah bila dibanding dengan Singapura.
“Indonesia masih sekitar 34 persen, sedang Singapura sudah mencapai 90 persen,” ungkapnya.
Karena itu, Jazilul menyarankan, agar PJJ bisa berjalan sesuai dengan harapan maka kementerian yang di bawah pimpinan Nadiem Anwar Makarim itu bisa bersinergi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Komisi X DPR.
“Sehingga hasilnya bisa maksimal,” ujarnya.
Harapnnya, setelah melakukan sinergi tidak akan terdengar lagi keluhan susah mendapatkan sinyal telekomunikasi, tidak mempunyai kuota internet, dan sulit menerima materi pembelajaran yang diberikan guru atau dosen.