”Contohnya mengurangi jumlah tugas, membuat olahraga online, hingga Board Learning Center (BLC). DPRD juga sudah mengajukan website dan aplikasi yang bisa mengawasi murid. Evaluasi sejauh ini adalah belum semua siswa bisa mengakses internet,” terang Juliana Evawati.
Dia khawatir muncul klaster baru bila sekolah kembali masuk dan belajar tatap muka. ”Bayangin deh anak kalau masuk setelah berbulan-bulan, pasti kangen sama teman-temannya. Akhirnya berpelukan. Nah, gimana kalau imunitas kedua belah pihak ini berbeda? Akhirnya banyak yang sakit dan tertular,” kata Juliana Evawati.
Sementara itu berdasar jajak pendapat yang dilakukan pengamat pendidikan Martadi terhadap 179.044 ribu responden yang terdiri atas siswa, guru, kepala sekolah dan wali murid, 75 persen setuju pembelajaran tatap muka kembali diadakan. ”Tetapi dengan syarat memenuhi protokol kesehatan dan pengurangan jam belajar,” ucap Martadi. (jpg/fajar)