Menurut dia, yang melakukan uji klinis bersama Sinovac bukan saja Indonesia, tetapi ada negara lain seperti Arab Saudi, Bangladesh, Turki, Chili, dan sebagainya.
Sisi lain, Erick mengungkap kerja sama yang dilakukan PT Kimia Farma dengan G42 Healthcare Holdings dari UAE.
Menurutnya, G42 sudah melakukan uji klinis di UAE melibatkan 45 ribu relawan dari 85 suku bangsa. Karena itu, pihaknya kemarin memutuskan harus ada tim ke UAE sebagai reviewer.
Erick melanjutkan, Kepala BPOM Penny Lukito, juga sudah berangkat ke UAE untuk mensinkronisasikan BPOM Indonesia dan UAE, apakah sistem uji klinis ini bisa disamakan persepsinya.
“Kemarin, saya dapat laporan dari Bu Penny, sistemnya berjalan dengan baik. Sepertinya BPOM bisa menerima uji klinis yang berjalan di UAE,” papar Erick.
Ia menjelaskan, kapasitas dari G42 ada 220 juta, tetapi komitmen hari ini untuk 2020 adalah 10 juta vaksin dan 2021 sebanyak 50 juta vaksin.
Erick menegaskan, dari dua kerja sama dengan Tiongkok dan UAE ini, Indonesia akan mendapatkan 30 juta vaksin di 2020.
Menurutnya, kalau satu orang memerlukan dua dosis, maka kurang lebih 15 juta orang yang akan bisa divaksin di akhir 2020.
“Tentu kalau uji klinisnya yang berjalan baik. Sementara untuk 2021, total komitmen ini tentu kami masih me-arrange. Ada yang 290 juta sampai 340 juta,” kata dia.
Namun, Erick menjelaskan baik Sinovac maupun G42, konsep vaksinasinya nanti adalah sebanyak dua kali. “Dan kembali ditekankan ini ada dua kali dosis dalam penyuntikan dengan jeda waktu dua minggu,” papar dia.
Erick menjelaskan pihaknya juga sudah bertemu dengan perusahaan vaksin Tiongkok, Can sino Biologics.