“Soal pemulasaran kita tidak diberikan informasi apapun, termasuk kenapa jenazah datang dengan ambulan dan petugasnya hanya sopir saja. Dan fakta jenazah masih mengenakan baju. Kami Muspika tidak mendapat informasi bahwa tadi pagi (kemarin, red) akan ada pemulasaran jenazah positif Covid-19,” jelasnya seperti dikutip dari Radar Cirebon (Fajar Indonesia Network Grup).
Menurutnya, buntut dari kejadian itu, pihaknyamengharapkan agar dilakukantracing dan swab bagi kontak erat yang bersentuhan dengan jenazah almarhum.
“Saya sudah arahkan, bahkan diimbau segera penyemprotan di rumah almarhum. Dan keluarga besar almarhum sementara tidak boleh kumpul-kumpul terlebih dahulu, sebelum ada hasil tracing dan swab oleh institusi kesehatan,” ungkapnya.
Dikonfirmasi melalui aplikasi pesan instan terkait beredarnya video dan foto tersebut, Humas RSD Gunung Jati Cirebon, Arif Wibawa enggan membeberkan secara gamblang. “Pada prinsipnya RS sudah melaksanakan pemulasaran jenazah sesuai protokol (kesehatan),” ungkapnya singkat.
Lebih lanjut dirinya tak menjelaskan apakah pasien tersebut merupakan pasien RSD Gunung Jati atau bukan. Ia hanya menyampaikan pihak RSD Gunung Jati akan memberikan keterangan resmi. “Besok ada penjelasan resmi dari pihak RS,” ungkapnya.
Terpisah, Sekretaris MUI Kota Cirebon, KH Jaelani Said mengatakan, pengurusan jenazah merupakan salah satu perkara penting terkait hubungan antar manusia.
Maka dari itu, meskipun sudah tak bernyawa, jenazah manusia tetap diperlakukan sebagaimana yang diatur dalam syariat Islam. Yakni dimandikan, dikafankan, disalatkan dan dimakamkan.