Pemakaman Jenazah Covid-19 Ricuh

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, CIREBON -- Sebuah video berdurasi lebih dari dua menit ramai tersebar di aplikasi layanan berbagi pesan whatsapp sejak Minggu (4/10) sore. Jagat media sosial pun heboh.

Dalam video tersebut, nampak puluhan warga tersulut emosinya saat prosesi pemakaman salah satu warganya yang meninggal diduga karena Covid-19.

Suasana prosesi pemakaman pun ricuh. Warga terpancing emosinya karena melihat korban yang akan dimakamkan, setelah dibuka dari peti dan kantong mayat, ternyata masih mengenakan baju berwarna hitam.

“Ini tidak benar. Masih pakai baju berarti belum disucikan. Ayo bawa pulang, disucikan dulu,” ujar pria yang merekam video tersebut.

Beberapa saat kemudian, suasana makin tak terkendali. Tangis keluarga pecah dan beberapa warga lainnya berusaha mengejar petugas pengantar jenazah dari rumah sakit. “Jangan dipukul, itu hanya sopir. Gak salah,” imbuh pria yang merekam video tersebut.

Sementara itu, Kabag Humas Pemkab Cirebon, Nanan Abdul Manan SSTP MSi saat dikonfirmasi Radar mengatakan, pihaknya belum menerima informasi lebih lanjut terkait proses pemulasaran jenazah tersebut. “Saya belum dapat info lebih lanjutnya,” ujarnya.

Sementara itu, Camat Gunung Jati, Kusdiyono saat dihubungi wartawan koran ini membenarkan peristiwa tersebut terjadi di Kecamatan Gunung Jati. Menurutnya, setelah ada informasi tersebut, Muspika Gunung Jati memfasilitasi sampai proses pemakaman selesai.

Terkait pemulasaran jenazah sendiri, sambung Kusdiyono, pihaknya menyebut agar mengonfirmasikan hal itu ke pihak rumah sakit yang melakukan pemulasaran jenazah.

“Soal pemulasaran kita tidak diberikan informasi apapun, termasuk kenapa jenazah datang dengan ambulan dan petugasnya hanya sopir saja. Dan fakta jenazah masih mengenakan baju. Kami Muspika tidak mendapat informasi bahwa tadi pagi (kemarin, red) akan ada pemulasaran jenazah positif Covid-19,” jelasnya seperti dikutip dari Radar Cirebon (Fajar Indonesia Network Grup).

Menurutnya, buntut dari kejadian itu, pihaknyamengharapkan agar dilakukantracing dan swab bagi kontak erat yang bersentuhan dengan jenazah almarhum.

“Saya sudah arahkan, bahkan diimbau segera penyemprotan di rumah almarhum. Dan keluarga besar almarhum sementara tidak boleh kumpul-kumpul terlebih dahulu, sebelum ada hasil tracing dan swab oleh institusi kesehatan,” ungkapnya.

Dikonfirmasi melalui aplikasi pesan instan terkait beredarnya video dan foto tersebut, Humas RSD Gunung Jati Cirebon, Arif Wibawa enggan membeberkan secara gamblang. “Pada prinsipnya RS sudah melaksanakan pemulasaran jenazah sesuai protokol (kesehatan),” ungkapnya singkat.

Lebih lanjut dirinya tak menjelaskan apakah pasien tersebut merupakan pasien RSD Gunung Jati atau bukan. Ia hanya menyampaikan pihak RSD Gunung Jati akan memberikan keterangan resmi. “Besok ada penjelasan resmi dari pihak RS,” ungkapnya.

Terpisah, Sekretaris MUI Kota Cirebon, KH Jaelani Said mengatakan, pengurusan jenazah merupakan salah satu perkara penting terkait hubungan antar manusia.

Maka dari itu, meskipun sudah tak bernyawa, jenazah manusia tetap diperlakukan sebagaimana yang diatur dalam syariat Islam. Yakni dimandikan, dikafankan, disalatkan dan dimakamkan.

Namun demikian, terkait dengan adanya pandemi Covid-19, MUI telah mengaturnya melalui fatwa MUI nomor 18 tahun 2020. Fatwa tersebut memberi kelonggaran pelaksanaan dalam pemenuhan hak-hak jenazah yang disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19.

Untuk dimandikan, jenazah harus dimandikan oleh orang dengan jenis kelamin yang sama. Pemandian jenazah juga boleh dilakukan tanpa melepas pakaian.

Untuk pengkafanan, pada umumnya dan keadaan normal boleh dikafani dengan satu lembar kain. Namun, pada kondisi pandemi Covid-19 diperbolehkan ditambahkan dengan plastik dan peti. Tujuannya, agar tidak terjadi penularan.

Jenazah pasien Covid-19 wajib disalatkan sebelum dimakamkan. Namun pelaksanaan salat jenazah juga bisa dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.

“Pada dasarnya MUI Kota Cirebon akan mengikuti fatwa yang telah dikeluarkan oleh pusat,” ungkapnya.

Dirinya tidak mau berspekulasi apakah pihak rumah sakit telah melakukan pemulasaran jenazah sesuai fatwa MUI tersebut atau tidak. Namun ia pun mengingatkan kembali pentingnya Perawat Rohani Islam (Warois) yang mendampingi jenazah saat prosesi pemulasaran jenazah di rumah sakit.

“Seharusnya memang harus ada Warois-nya di setiap rumah sakit,” ungkapnya.

Untuk diketahui, sesuai Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 bahwa salah satu item dalam panduan dan tata cara baru menguburkan jenazah pasien Covid-19 adalah dengan memandikan jenazah. Alasannya, untuk mengantisipasi terjadinya penularan virus dari jenazah tersebut. Memandikan jenazah hanya dapat dilakukan setelah tindakan disinfeksi.

Sementara itu, Kadinkes Kabupaten Cirebon Hj Eni Suhaeni SKM MKes kepada Radar mengatakan, bahwa korba yang meninggal tersebut positif terpapar Covid-19.

“Korban terkonfirmasi positif Covid-19, sebelumnya sudah dilakukan swab test,” ujarnya.

Ditambahkannya, sesuai informasi yang ia terima, pemulasaran jenazah tersebut sudah sesuai dengan protokol kesehatan. (dri/awr)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan