FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah mengkritisi penangkapan Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat.
Jumhur dan Syahganda ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka karena dianggap menyebarkan informasi provokatif di media sosial yang menyulut aksi unjuk rasa menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.
Menrurut Fahri, jika Jumhur dan Syahganda dianggap memicu kerusuhan, maka seharusnya 575 anggota DPR RI juga ditangkap.
Fahri mengatakan, perusuh yang memicu demo menolak UU Ciptaker adalah mereka yang terekam CCTV dalam sidang paripurna DPR.
“Kalau melihat abjad dari kriminalitasnya, yang harus ditangkap duluan ya orang-orang yang terekam CCTV itu sebagai perusuh. Bukan kritikus yang berjasa bagi demokrasi. Kalau kritik mereka dianggap memicu kerusuhan, kenapa tidak tangkap 575 anggota DPR yang bikin UU berbagai versi yang rusuh?,” kata Fahri di akun Twitternya, @Fahrihamzah, Rabu malam (14/10).
Dikatakan Fahri, seharusnya pemerintah menyelesaikan akar masalahnya. Kerusuhan dan pengrusakan terjadi karena ada pemicunya.
“Ayolah, mari kembali kepada yang benar bahwa kegaduhan publik ada dasarnya. Kerusuhan dan pengrusakan fasilitas publik adalah kejahatan. Tapi kejahatan dan kritik tidak tersambung,” kata Fahri.
“Kriminalitas akarnya adalah niat jahat. Tapi kritik muncul sebagai respons atas tata kelola yang gagal,” tambah mantan Wakil Ketua DPR itu.
Menurut Fahri, hukum tidak boleh menyasar para pengeritik sementara perusuh dan vandalime belum diselesaikan.
“Apalagi menuduh mantan presiden segala. Sungguh suatu tindakan yang sembrono dan tidak punya etika. Mau apa sih kita ini? Mau adu domba siapa lagi? Mau ngerusak bangsakah kita?,” tanya Fahri.
Fahri menduga ada sesuatu yang aneh di seputar kekuasaan Jokowi. Namun dia tidak berani menyebut nama karena khawatir masuk penjara.
“Malam ini dari kampung yang sepi saya bersedih. Rasanya ada yang aneh di seputar kekuasaan. Ada agenda yang menurut perasaan saya bukan agenda pemerintahan yang sah,” katanya.
“Tapi kita semua hanya bisa menduga tanpa bisa menyebut nama sebab sebagai rakyat, salah ketik bisa masuk penjara,” imbuh Fahri.
Fahri mendoakan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin agar bisa melihat persoalan secara jernih.
“Saya hanya bisa kirim doa kepada pak presiden dan pak kyai. Semoga bisa jernih melihat realitas ini. Kita tidak bisa begini. Ayolah buka jalan damai dan rekonsiliasi. Kenapa sih susah amat diskusi. Kenapa sih semua harus berakhir di bui?,” tanda Fahri Hamzah. (pojoksatu/fajar)